Merenungkan Peran Ibu
Pada bulan Desember kita
diajak untuk merefleksikan berbagai hal penting yang menyangkut masa depan
bangsa dan negara, bahkan masa
depan bangsa di dunia. Salah satunya merefleksikan peran
‘ibu’ yang tentu saja tak bisa
diingkari.
Ada
hari-hari penting sepanjang Desember ini yang
mengajak para insan koperasi
untuk melakukan refleksi
mendalam untuk menangkap maknanya. Misalnya setiap tanggal 1
Desember masyarakat dunia memperingati Hari
AIDS sedunia. Kita pun tahu, saat ini
HIV/AIDS telah menjadi pembunuh berdarah
dingin, menggempur kehidupan mayoritas orang muda dan menghentikan langkah jutaan orang untuk menggapai masa depannya.Ratusan ibu pun telah menjadi korbannya.
Tanggal 3
Desember diperingati sebagai Hari Penyandang Cacat. Para insan
koperasi diajak untuk solider dengan
saudara-saudara dan jutaan anak yang
kurang beruntung, lahir dalam kondisi
cacat atau karena suatu sebab menjadi
cacat. Penyandang cacat di
Indonesia diperkirakan mencapai lima
juta orang, jumlah yang tidak kecil. Mereka tentu saja memerlukan perhatian, terutama pelayanan khusus. Kisah
pedih yang dialami oleh para
penyandang cacat Tuna Netra misalnya pada saat
mengikuti Ujian Nasional, atau
pengabaian hak-hal politik dan ekonomi, hak sosial budayanya kiranya
menjadi keprihatinan bangsa
Indonesia termasuk insan koperasi.
Tanggal 10 Desember
adalah Hari Hak Asasi Manusia. Para insan koperasi
harus juga merefleksikan kembali
sejauh mana rasa hormat kita terhadap harkat dan martabat sesama manusia. Kejahatan pembunuhan, perkosaan, pelecehan seksual,
penculikan, perdagangan perempuan, tindak kekerasan dalam rumah tangga, dan bentuk kekerasan
lainnya masih marak terjadi.
Tanggal 13 Desember
adalah Hari Kesatuan Nasional. Ini momentum bagi para insan koperasi untuk merefleksikan
kembali nasionalisme kita
sebagai bangsa Indonesia. Tahun-tahun terakhir ini, kita
menyaksikan berbagai ancaman
disintegrasi bangsa. Komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) kini digoyang-goyang, lalu
yang menonjol adalah sentimentisme
kesukuan, kedaerahan, keagamaan
atau kelompok dan golongan.Prinsip
koperasi yang terbuka, tidak eksklusif,
adalah salah satu cara membangun
nasionalisme ke-Indonesia-an
kita.
Tanggal 19
Desember diperingati sebagai Hari Bela
Negara. Ini menjadi momentum sangat berharga bagi insan koperasi untuk semakin mengokohkan diri dalam membela Negara, khususnya melalui
ladang garapan ekonomi kerakyatan yakni
koperasi. Para insan koperasi adalah
warga Negara Indonesia yang bukan saja dianjurkan, tetapi wajib bela
Negara. Negara dalam konteks ini adalah
Indonesia, negeri yang berdiri dengan
perjuangan, tumpahan darah dan taruhan nyawa.
Tanggal 22
Desember Hari Ibu, para insan koperasi diajak untuk menghormati peran ibu, menghargai harkat dan martabatnya. Separuh lebih anggota
koperasi adalah ibu dan calon
ibu, meskipun mungkin sedikit saja yang
diberikan peran sebagai pengurus, pengawas dan manajer. Realitas hingga kini, masih banyak ibu yang diperlakukan tidak semestinya, dimarginalkan secara sosial, budaya dan politik. Banyak ibu
yang menerima perlakuan tidak adil dari suami, keluarga, orang-orang di sekitarnya
bahkan anak-anak yang dilahirkan dari
rahimnya. Memang ada sedikit
ibu yang tak memperlihatkan jati dirinya sebagai ibu,
tetapi secara kodrati, ibu adalah sosok
yang cintanya kepada anak-anaknya tak pernah lekang dimakan jaman.
Dan di
tanggal yang sama, 22 Desember, Hari Kesetiakawanan Sosial, para insan koperasi
diajak untuk merefleksikan hakekat solidaritas dan kesetiakawanan sosial. Di
Indonesia perimbangan antara kaya dan
miskin bagaikan jurang yang dari waktu
ke waktu terus melebar. Yang kaya
semakin kaya meski jumlahnya
lebih sedikit dan yang miskin
semakin miskin pada hal jumlahnya besar.
Para insan koperasi diajak untuk saling menolong agar keluar
dari masalah kemiskinan dan itu telah dilakukan dengan
bergabung sebagai anggota
koperasi. Hanya orang miskin menolong orang miskin, demikian kata Romanus Woga,
Ketua Inkopdit.
Khusus Hari
Ibu dan Hari Kesetiakawanan Sosial yang diperingati setiap tanggal 22 Desember
kiranya dimanfaatkan oleh para insan
koperasi untuk melakukan gerakan
‘sayang ibu’, terutama ibu, yang
anggota koperasi, yang sakit, yang sudah
tua dimakan usia. Sudah bisa dipastikan
bahwa hanya koperasi yang paling tulus membangun kesetiakawanan sosial.Sebab dengan berhimpun di koperasi, maka si miskin memiliki power menolong sesama kaum miskin untuk sama-sama melangkah ke kehidupan yang lebih sempurna.
Selamat Hari Ibu dan Selamat Hari
Kesetiakawanan Sosial.
Menakjubkan
Perempuan atau ‘Ibu’ sudah berperan di berbagai sektor kehidupan. Di sektor perkoperasian peran ibu
ditunjukkan sebagai anggota, sebagai karyawati, sebagai pengurus dan
pengawas. Di sejumlah negara peran ibu
dalam ikut mengembangkan
koperasi sangat luar biasa dan
menakjubkan.
Di lingkungan primer-primer Puskopdit Bali Artha Guna, perempuan atau kaum
ibu itu tampil mengambil bagian baik sebagai anggota, sebagai pengurus,
pengawas dan aktif di manajemen. Berdasarkan laporan
Pengurus Puskopdit Bali Artha
Guna pada RAT XV di Yogyakarta 27 April 2011 lalu, anggota perempuan
di primer-primer adalah sebagai
berikut. Kopdit Swastiastu 1.810 orang
dari 3.803 anggota, Kopdit Tritunggal 1.221 orang dari 2.761 anggota, Kopdit
Kubu Gunung 1.009 orang dari 2.218 anggota, Koperasi Mulia Sejahtera 1.034
orang dari 1.812 anggota, KSP Wisuda Guna Raharja 648 orang dari 1.511 anggota.Kopdit Sumber
Kasih Tangeb 558 orang dari 1.280
anggota, KSP Duta Sejahtera 435 orang
dari 1.105 anggota, Kopdit Artha Bhakti Asih
417 orang dari 855 anggota, Kopdit Kubu Bingin 296 orang dari 667 anggota.
Di Kopdit Insan Mandiri anggota
perempuan adalah 312 orang dari 608 anggota, Kopdit Tirta Raharja 239 orang dari 502 anggota, Kopdit Bali Artha Mandiri 247 orang dari 459 orang, KSP Bhuana
Kasih 199 orang dari 443
anggota, Kopdit Thabira 163 orang
dari 413 anggota, Kopdit Artha Mandiri 154 orang dari 390 anggota, Kopdit Setia Kawan 153 orang dari 388 orang, KSU Kasih Abadi
Palasari 183 orang dari 346 anggota, Kopdit Padang Asri 85 orang dari 206
orang, Kopkar Kosayu 94 orang dari 190 anggota
dan CU St.Dominikus 23 orang dari 81
anggota. Jumlah anggota
perempuan di primer-primer anggota Puskopdit BAG adalah 9.304 orang dari 20.099
anggota.
Data
ini adalah laporan primer-primer pada
akhir tahun buku 2010 yakni
akhir Desember 2010. Diperkirakan,
jumlah anggota perempuan mengalami pertumbuhan
pada tahun buku 2011 yang sedang berjalan ini.Data ini mau
memperlihatkan bahwa
perempuan cukup aktif dalam gerakan
koperasi.
Di sejumlah
negara di Asia, peran
perempuan dalam pengembangan koperasi
cukup dominan. Misalnya para
perempuan di Bangladesh. Negara ini terkenal dengan gerakan koperasi yang menjadikan mitra
Grameen Bank memberikan pinjaman tanpa jaminan barang. Grameen Bank mendapat
pujian banyak pihak termasuk dari Bank
Dunia karena pinjaman yang diberikan tanpa agunan barang.
Pinjaman diberikan Grameen Bank dalam
kelompok-kelompok kecil. Bila satu anggota mendapat kredit, anggota yang lain
memberikan jaminan bahwa orang itu dapat membayar kembali. Jaminan diberikan
atas dasar semangat kebersamaan. Dan tulang punggung dari kelompok-kelompok
yang mendapat pinjaman dari Grameen Bank tanpa agunan itu adalah para wanita atau
ibu-ibu. Selain itu, para ibu di sanajuga membentuk bank-bank desa milik
koperasi-koperasi yang tersebar di berbagai daerah. Bank-bank koperasi di
Bangladesh saat ini praktis dipimpin oleh para ibu yang mempunyai pengalaman
berkoperasi secara cukup matang.
Apa yang dikemukakan ini
bisa menjadi bahan refleksi bagi
para pengurus koperasi untuk tak
segan-segan memberikan peran kepada perempuan mengelola
koperasi. Fakta di Indonesia,
juga di Bali, NTB dan NTT menunjukkan
bahwa koperasi-koperasi yang dikelola
oleh perempuan jauh lebih
berkembang dan sehat dibandingkan dengan koperasi-koperasi yang dikelola oleh kaum
laki-laki. Mengapa koperasi yang
manajemennya dipercayakan kepada
perempuan lebih berhasil?
Simak pendapat Menteri Negara
Koperasi UKM RI dan
Kepala Bidang Bina Lembaga Dinas Koperasi UKM Provinsi Bali dalam tulisan di halaman lain edisi ini.
Lebih Disiplin
Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan memuji
peran perempuan di bidang koperasi. Apalagi, mayoritas koperasi yang sukses,
pengurusnya adalah perempuan. Menurut Syarif, itu dikarenakan perempuan lebih
disiplin, pintar, efektif, dan efesien.
Dikatakan Syarif Hassan, dari 166 ribu unit koperasi,
enam puluh persen pengurus adalah kaum perempuan. Ini tidak didominasi satu
provinsi, tapi merata di semua provinsi di seluruh Indonesia.Menteri
Koperasi mengakui peran perempuan dalam koperasi sangat
dominan di Provinsi Jawa Timur.
Ketika
melakukan penandatanganan kesepakatan antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak dengan Kementerian Koperasi dan UKM di gedung Kemenkop
dan UKM, kawasan Kuningan, Jakarta,beberapa waktu lalu Menteri Koperasi tegaskan, koperasi-koperasi yang dikelola oleh perempuan jarang terjadi
masalah.”Perempuan itu jujur dan cermat sehingga jarang terjadi masalah. Mereka juga sangat disiplin dan tak mau
terjadi masalah yang
membuat dirinya masuk dalam pusaran persoalan rumit”, ujar Syarif.
Pendapat Menteri Koperasi
Syarif Hassan diakui oleh Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Linda Amalia Sari. Kata
dia, sinergi dua kementerian yakni Kementerian Koperasi UKM dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak diharapkan dapat mempercepat perwujudan kesetaraan gender.
Linda
mengatakan kesepakatan antara
dua kementerian ini bisa
menjadi titik awal untuk lebih meningkatkan pemberdayaan
perempuan dalam peran sertanya di koperasi. Dan juga kemandiran dalam
mengembangkan usaha yaitu menyinergikan kegiatan kementerian menjadi satu
gerakan utama di kedua belah sisi, gender dan menengah.
Lebih
Dasyat
Perempuan
itu polos, jujur, mampu menjaga harkat dan martabat. Sebagai ibu, karyawati atau
sebagai pemimpin, perempuan lebih tertib. Dalam mengelola koperasi,
sudah terbukti, sentuhan tangan perempuan itu dasyat. Koperasi yang mereka
kelola senantiasa mengalami pertumbuhan.
Pengakuan
ini dilontarkan oleh I Gede Indra,SE,MM
Kepala Bidang Bina Lembaga Koperasi UKM
Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali saat Mentik meminta
komentarnya tentang peran perempuan
(baca: ibu) dalam mengelola koperasi.
Ditemui di ruang kerjanya, Senin (28/11)
Gede Indra ungkapkan, perempuan
itu sosok yang cermat, teliti, familiar, mudah bergaul dan sejumlah keunggulan lainnya. Kepribadian itu tercermin dalam pengelolaan koperasi.
Umumnya koperasi yang dikelola
perempuan itu tertib administrasinya,
tertib pencatatannya dan sangat jarang koperasi
bangkrut. “ Karena itu koperasi
wanita harus didorong untuk turut serta
melayani kebutuhan masyarakat”,
ujarnya.
Sebagai
ibu rumah tangga tidak berarti perempuan tidak perlu terlinat sama sekali dalam ikut serta meningkatkan
kesejahteraan secara ekonomis.
Justru kaum ibu
perlu didorong untuk turut serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi rumah tangga,
misalnya dengan bergabung
sebagai anggota koperasi.”Kita
patut mengacungkan jempol bagi kaum ibu
yang bergabung di koperasi baik yang berbadan hukum maupun belum berbadan hukum. Banyak perempuan
mendapatkan modal dari koperasi untuk usaha produktif di rumah, ini sangat positif”, ujarnya.
Tentang
pertumbuhan koperasi wanita, dijelaskan
di Bali ada 225 buah koperasi
wanita dengan 12.616 anggota. Umumnya koperasi wanita tersebut
sehat usahanya, kegiatan simnpan
pinjam juga sangat berkualitas dan
meraih berbagai prestasi yang
membanggakan. Karena itu Dinas
Koperasi terus berupaya memberikan pembinaan. Memang dari sisi
jumlah, 225 buah koperasi wanita masih
termasuk sedikit, hanya 5,42 persen
dari jumlah koperasi di Bali yang sudah mencapai 4000-an
buah.
Dari sisi
anggota, dibandingkan dengan jumlah anggota
seluruh koperasi di Bali hanya
1,41 persen dan poenyerapan tenaga kerja
2,06 persen atau sekitar 365 orang. Tapi
menurut Gede Indra, kaum perempuan juga
tercatat sebagai anggota koperasi
dari 4000-an koperasi yang ada di
Bali.”Data terakhir memperlihatkan ada 35 persen
jumlah anggota koperasi di Bali
yang perempuan”, ujarnya.
Lebih
lanjut Gede Indra katakan, Dinas
Koperasi tidak mungkin sendirian melakukan pembinaan terhadap koperasi-koperasi termasuk koperasi
perempuan. Untuk memajukan koperasi di
Bali diperlukan kerja sama dengan instansi terkait seperti dengan Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Lembaga Swadaya Masyarakat , lembaga agama,
dan lain-lain.
Dari sisi
kontribusi pada ekonomi, menurut Gede Indra, kaum perempuan dengan kualitas pendidikan yang semakin meningkat, telah turut
menentukan pertumbuhan ekonomi di Bali. Kaum perempuan sekarang banyak yang berpendidikan sarjana, magister , doktor bahkan profesor
dan mereka telah turut menentukan kebijakan ekonomi di Bali.”Saya dengar banyak manajer koperasi
yang bernaung di bawah Puskopdit Bali Artha Guna adalah perempuan dan koperasi yang dipimpinya berhasil”, ujar Gede Indra.
Disebutkan,
misalnya Kopdit Kubu Gunung, Kopdit Kubu Bingin, Kopdit
Sumber Kasih Tangeb, Swastiastu, Insan Mandiri dan lain-lain, manajernya adalah
perempuan.”Koperasi-koperasi seperti
Kubu Gunung dan lain-lain itu menurut
penilaian Dinas Koperasi tumbuh dan
berkembang sangat maju dan sehat. Jadi sentuhan tangan perempuan itu dasyat”,
ujarnya menurut percakapan dengan Mentik.
Mencintai Ibu Tanpa Batas
Tanggal 22
Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu Nasional. Satu lagi bukti bahwa ibu yang adalah kaum perempuan mendapat tempat terhormat dalam kancah kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat. Di lembaga
koperasi, peran kaum ibu pun sangat sentral, sebagai anggota,
pengurus, manajer dan karyawan.
Mengapa hari
Ibu diperingati pada setiap tanggal 22 Desember? Sejarah mencatat, pada 22-25 Desember 1928
sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera menyelenggarakan
Kongres Perempuan Indonesia di sebuah
Gedung yang kini dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan
Adisucipto Yogyakarta. Kongres
menyepakati berdirinya Kongres Perempuan
yang kini dikenal sebagai Kongres
Wanita Indonesia (Kowani).
Kongres
Perempuan I dianggap sebagai tonggak
penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Kongres bersifat
eksklusif, sangat terbuka. Terbukti, para peserta adalah
ibu-ibu yang bergabung dalam
wadah organisasi Wanita Utomo, Wanita Tamansiswa, Putri Indonesia, Aisyiyah,
Jong Islamieten Bond bagian Wanita, Wanita Katholik, dan Jong Java bagian
Perempuan.
Berbagai isu
yang mengemuka pada Kongres
Perempuan I antara lain pentingnya persatuan perempuan Nusantara, pelibatan
perempuan dalam perjuangan melawan penjajahan, pelibatan perempuan dalam
berbagai aspek pembangunan bangsa. Selain itu
kongres juga membicarakan masalah
perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu
dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan dan lain-lain.
Kongres
Perempuan II dilaksanakan pada Maret
1932 sedangkan Kongres Perempuan
III tahun 1938. Pada Kongres III ini ditetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari Ibu Nasional. Melalui Dekrit
Presiden No. 316 tahun 1959 Presiden Soekarno menetapkan bahwa tanggal 22
Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.
Dengan
ditetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional, maka kaum ibu
di negeri tercinta ini mendapat
penghormatan istimewa.Memang, mustahil
ada manusia tanpa ibu, ada kelahiran tanpa perempuan, ada kehidupan
tanpa air susu mama. Ibu adalah perempuan yang
dengan setia mencintai buah
rahimnya yakni anak-anaknya. Ibu bekerja
multifungsi, di rumah ataupun di
luar rumah tapi tidak mengabaikan tugas utamanya yakni
ibu dalam keluarga. Memang, tugas yang paling wajar dan paling umum dari perempuan ialah tugas di rumah tangga sebagai ibu. Maka
keluarga dan rumah tangga harus menjadi lapangan pekerjaan, bukan pekuburan
atau penjara bagi ibu.
Bagi semua yang mengagumi sosok ibu, bagi
anak-anak, balas budi dengan
menghormati dan menghargai
sudah cukup bagi seorang ibu.
Maka, siapa saja, buatlah ibu tersenyum, maka
engkau akan melihat bintang
berkilau di matanya. Pandanglah ibu dengan senyum di bibir dan itu adalah kebahagiaan paling dalam
bagi ibu. Semakin engkau mengagumi
dan mencintai ibu, semakin engkau
tahu bahwa ibu membuatmu termangu. Ibu…di cintamu aku termangu.*FAR
Potret Ibu
di Sekitar Kita
Ibu adalah sosok yang luar biasa. Bahkan ketika
ia hanya ada di rumah sepanjang waktu.Ibu
dapat menyelesaikan semua
pekerjaan pada waktu yang sama. Ibu bekerja di luar rumah, tetapi tak mengabaikan pekerjaannya
sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya.
Dan di sejumlah tempat lain, di
jalanan ramai, di pasar Badung dan Kumbasari, ada potret
‘Ibu’ pahlawan-pahlawan masa kini yang bercucuran keringat. Mereka adalah ibu yang berjuang memerdekakan keluarga dari kemiskinan.Misalnya, seorang
ibu penjual jamu, sebut saja Sri Lestari, wanita asal Solo yang merantau ke Bali sejak sepuluh tahun lalu. Di Bali ia
tinggal di sebuah kamar kontrakan bersama suami dan
dua anaknya.”Suamiku sedang sakit,
maka aku harus bekerja untuk
menafkahi keluarga dan mengobati suami serta biaya pendidikan anak-anak”, ujar
penjual jamu keliling ini. Jam lima pagi
ia sudah meninggalkan kamar
kontrakan, mengayuh sepeda keliling kota
Denpasar, mendatangi para pelanggannya.
Jam sepuluh pagi ia kembali ke rumah
untuk mempersiapkan makan siang
bagi suami dan anak-anaknya. Dan sore hari
ia kembali mengayuh sepeda
mendatangi para pelanggannya. Itulah keseharian ibu Sri Lestari.
Di Jalan Diponegoro Denpasar seorang
ibu lainnya berjalan kaki
menyusuri trotoar sambil
menjunjung (suun) jualan di kepalanya
dan menjinjing bawaan. Ibu muda, sebut
saja Ketut melakoni pekerjaan ini hampir setiap hari, terutama pada pagi sampai dengan siang hari. Ibu Ketut menjual
jajan keliling sejak dua tahun lalu. Suaminya bekerja dan dua anaknya masih kecil-kecil.
Pendapatan suami tidak bisa memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Biaya pendidikan anak
dirasakan sangat tinggi tapi
Ketut berniat anak-anak
harus sekolah.”Saya bekerja demi pendidikan anak-anak”, ujarnya.
Di Pasar
Badung, sosok ibu-ibu yang pantang menyerah, benar-benar adalah pahlawan untuk
keluarganya. Ada banyak ibu yang menjalani profesi sebagai tukang suun
atau tukang junjung. Pekerjaan
yang dilakoni sejak pagi
sampai pagi berikutnya. Ada yang
memilih bekerja pada siang hari dan ada
yang bekerja pada malam hari. Bukan hanya
ibu-ibu, tetapi juga gadis-gadis
muda bahkan anak-anak perempuan
yang menjalani pekerjaan sebagai tukang suun di pasar terbesar
di Bali dan yang tak pernah sepi itu.
Seorang tukang suun,
sebut saja ibu Kerti, menuturkan,
dirinya memilih menjadi tukang suun pada
siang hari karena pada malam hari ia
harus mengurus anak-anaknya. Ia
mengaku janda sejak lima tahun lalu dan anak-anaknya masih
kecil.”Siang hari mereka sekolah dan malam hari saya
harus mendampingi mereka. Makanya saya pilih kerja siang”, ujarnya. Upah
yang diperoleh tidak seberapa besar,
tetapi cukup untuk menyambung hidup.
Lain pula
dengan ibu asal Karangasem sebut saja Wayan. Ia bekerja sebagai tukang suun
pada pagi sampai dengan
siang kemudian dilanjutkan pada
malam hari pukul 21.00 wita sampai
dengan pukul 06.00 pagi. Merantau ke Denpasar
sudah sejak sepuluh tahun lalu
mengikuti suaminya yang
orang Denpasar.”Saya bekerja untuk menambah ekonomi rumah tangga. Kebutuhan keluarga
sangat besar, apa lagi sebagai keluarga
Bali yang tak bisa mengelak dari
berbagai upacara adat”,ujarnya.
Di jalan
Gatot Subroto, persis di depan Taman
Kota Lumintang, seorang ibu, sebut saja Luh Sriyani
berpakaian seragam hijau terus memainkan sapu, membersihkan ruas jalan. Ia adalah satu dari ratusan
pekerja yang dijuluki ‘laskar hijau’ Kota Denpasar, para tenaga kerja
honorer dari Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Denpasar. Kebersihan jalan-jalan kota Denpasar memang ada di
tangan mereka. Tapi mereka adalah ibu, yang coba membagi waktu antara tugas
rumah dan bekerja mencari nafkah.”Saya ingin
anak-anak terus sekolah. Maka
saya harus ikut serta mencari
uang.Ini pekerjaan yang sudah saya
jalankan selama lima tahun”, ujarnya.
Beberapa
ibu yang
dipaparkan di sini hanyalah sejumlah kecil dari ribuan
bahkan mungkin jutaan ibu yang
harus bekerja untuk bisa menopang
ekonomi keluarga. Maka bayangkanlah bagaimana mereka membagi waktu, antara bekerja dan mengurus keluarga, melayani suami, mengurus anak-anak,
mendampingi mereka belajar, mencuci pakaian dan lain-lain, yang harus
mereka kerjakan dalam waktu
24 jam. Sungguh luar biasa.Ibu…kamu memang luar biasa. ***agust g thuru
Komentar
Posting Komentar