Menghargai Pendiri Koperasi
Menghargai Pendiri Koperasi: Mulia Sejahtera Punya Cara Sendiri
JASMERAH, jangan sekali-kali melupakan sejarah, adalah ucapan yang keluar dari bibir proklamator RI dan Presiden Pertama RI Dr.Ir. Soekarno. Bung Karno tentu sangat paham bahwa ketika sebuah bangsa melupakan sejarah maka bangsa tersebut akan kehilangan jati dirinya sebagai sebuah bangsa. Bangsa yang besar adalah yang tak melupakan sejarahnya.
Kata-kata Bung Karno hingga kini masih menjadi pelatuk yang membakar semangat nasionalisme Indonesia.Tak heran jika saat ini muncul gerakan untuk kembali ke citra Pancasila yang dipercaya sebagai ideology yang mampu merekat bangsa Indonesia untuk tetap berdiri tegak dan teguh di bingkai NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertanyaan refleksif adalah apakah koperasi-koperasi di gerakan kita juga menjiwai pesan Bung Karno ini? Atau, jangan-jangan koperasi sudah tak ingat lagi pada jasa para pendirinya sebagai akibat tak ada pewarisan.
Pesan JASMERAH yang dicetuskan Bung Karno rupanya dipegang teguh oleh General Manager Koperasi Mulia Sejahtera Drs. Fransiskus M Patarruk,S.Pd.Ditemui di Kantor Koperasi Mulia Sejahtera, Rabu (13/1) ia mengatakan semua koperasi pasti ada sejarahnya. Dan dari sejarah itulah tumbuh dan berkembang koperasi seperti yang sekarang bisa dilihat dengan mata kepala dan mata batin. Tidak mungkin koperasi tumbuh dengan sendirinya seperti ilalang di padang, pasti ada yang menanamnya dan mereka itu adalah pendiri.”Mengetahui sejarah koperasi adalah keharusan. Anda bisa membayangkan kalau pengurus, pengawas dan manajemen tidak mengenal sejarah koperasi yang diurusnya, mau jadi apa?”, ujar pria kelahiran Toraja yang juga salah seorang pendiri Koperasi Mulia Sejahtera.
Menurutnya sejarah koperasi harus diwariskan kepada semua anggota. Kata dia, koperasi punya ruang untuk mewariskan sejarah koperasi kepada anggota yakni saat Rapat Anggota Tahunan. Di buku RAT seharusnya dicantumkan sejarah berdirinya koperasi yang tentu saja sejarah dari pelaku-pelaku. Membacakan sejarah koperasi juga seharusnya menjadi salah satu agenda RAT. Dengan demikian ribuan anggota yang mengikuti RAT terus diingatkan bahwa koperasi mereka ada pendirinya dan jasa-jasa mereka tak boleh dilupakan.”Kami di Mulia Sejahtera sampai RAT V dalam buku RAT dicantumkan sejarah koperasi. Ke depan, kami akan menjadikan sejarah koperasi sebagai salah satu agenda dalam RAT”, ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, Koperasi Mulia Sejahtera punya cara sendiri untuk menghargai jasa para pendiri terutama yang masih hidup dan yang masih setia menjadi anggota. Hal ini sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa-jasa mereka di masa awal berdirinya koperasi dimana mereka bekerja tanpa pamrih. Koperasi Mulia Sejahtera kini sudah tumbuh dan berkembang dan mampu mengumpulkan sisa hasil usaha yang cukup signifikan.”Kalau ternyata SHU sudah besar, hemat saya tak ada salahnya kalau disisihkan juga untuk pendiri. Setahun sekali memberikan jasa kepada pendiri sudah cukup sebagai ungkapan terimakasih atas jerih payah mereka”, ujar Frans.
Lalu bagaimana Koperasi Mulia Sejahtera memberikan apresiasi kepada para pendiri? Menurut Frans, soal jasa kepada pendiri sudah diatur dalam SOP sejak beberapa tahun lalu dan sampai kini masih berlaku. Dalam alokasi SHU, juga dialokasikan 2 persen untuk jasa para pendiri. Menurutnya kalau Pengurus, Pengawas dan Manajemen juga ada alokasi jasa dari SHU maka seharusnya pengurus juga diperhatikan.”Kami di Mulia Sejahtera mengalokasikan 2 persen dari SHU untuk jasa para pendiri yang masih hidup dan yang masih aktif. Dengan demikian setiap tahun buku akan tetap terikat hubungan batin antara pengelola koperasi dengan para pendirinya manakala mereka tak aktif dalam kepengurusan”, ujar Frans.
Untuk diketahui Koperasi Mulia Sejahtera Tabanan didirikan pada 2 Pebruari 2002 oleh sekelompok awam di Paroki Tabanan dengan dukungan Pastor Paroki waktu itu Pater Robert Rewu,SVD. Mereka adalah Pater Robert Rewu,SVD sendiri, Michael Ketut Satra, Dominikus Djelanu,Fransiskus M Patarruk, Ari Mardawa Kencana, Agustinus Totok Suharto, Agustinus Rudhi Hartono, Albertus Hundra,RH, I Ketut Supriadi, Seroja Lestari, Maria Magdalena Indrayani dan Rufinawati. Mereka ini yang memulai tetapi dalam perjalanannya kemudian membawa Koperasi Mulia Sejahtera ke tengah masyarakat tanpa memandang suku dan agama. Pro ecclesia et patria, karya untuk Gereja dan Tanah Air khususnya masyarakat Tabanan.***gus
Komentar
Posting Komentar