Pendidikan Koperasi


Bangkitkan Energi Menolong Diri Sendiri



Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Muhammad Nuh mengajak  seluruh lapisan masyarakat  untuk  merefleksikan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2012  ini  dengan merefleksikan tema ‘Bangkitnya Generasi Emas Indonesia’. Lalu bagaimana para aktivis Gerakan Koperasi Kredit Indonesia merefleksikan tema tersebut?
Tema ‘Bangkitnya Generasi Emas Indonesia’ yang ditetapkan oleh  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Surat  Nomor 408/MPK/Hm/2012 tanggal 16 April  2012   tampak  seolah-olah  tak ada hubungannya dengan  para  insan Gerakan Koperasi Kredit  Indonesia. Tetapi  dalam kaitan dengan Peringatan Hari Koperasi  Ke-65 tanggal 12 Juli  2012 mendatang, tema  tersebut  sangat relevan untuk  menjadi bahan refleksi. Sebab  tema peringatan Hari  Koperasi ke-65  tahun ini adalah ‘Membangun Koperasi untuk Kemandirian Negeri’  dengan sub tema ‘Koperasi Maju, Indonesia Bersatu, Dengan Koperasi Membangun Dunia Lebih Baik’.
Dari tema  yang ditetapkan  baik untuk peringatan Hari Pendidikan Nasional, Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Koperasi, tampak  bahwa bangsa Indonesia  masih  harus dibangkitkan  atau dibangun  agar mengejar berbagai ketertinggalan. Tema  Peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional  yakni ‘Bangkitnya  Generasi Emas Indonesia’ mengajak kita  untuk  meningkatkan  kualitas  manusia  melalui pendidikan agar  semakin berprestasi. Soal pendidikan  ada yang formal, non formal dan informal. Dan pendidikan koperasi  adalah salah satu  cara untuk meningkatkan kualitas  manusia  agar  bisa bangkit dan menolong dirinya sendiri. Dengan  pendidikan koperasi kepada anggota maka para anggota  akan mampu membangun koperasi untuk kemandirian negeri.
Maka, betapa pentingnya pendidikan koperasi, terutama  yang ditujukan kepada para anggotanya. Namun  kenyataan, masih banyak masalah yang dihadapi koperasi yang berhulu pada  lemahnya pemahaman ideologis koperasi atau merapuhnya nilai koperasi.Masih banyak koperasi yang dikelola dalam suasana tidak cooperative dan meninggalkan  habitat genuinenya yakni anggota. Bukan rahasia lagi, banyak koperasi berbendera ‘koperasi’ tapi prakteknya sama saja dengan menjalankan  bank, karena memperlakukan anggota  hanya sebagai pemakai jasa  dan bukan pemilik.
Karena itu, hal yang sangat mendesak  saat ini adalah perbaikan sistem pendidikan perkoperasian pada khususnya dan pendidikan ekonomi pada umumnya. Adalah saat yang sangat tampan, ditengah suasana peringatan Hari Pendidikan Nasional, Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Koperasi Juli mendatang, para  Gerakan Koperasi Kredit Indonesia, khususnya  di lingkup Puskopdit Bali Artha Guna  untuk  sejenak melihat  ke dalam ‘rumah tangga’ koperasi masing-masing apakah sudah dikelola secara profesional manajerial  dan  partisipasi anggota?
Profesionalisme manajerial koperasi harus  diletakkan sebagai leverage bagi  keberhasilan organisasi koperasi  dalam  penciptaan keunggulan yang kompetitif. Profesionalisme manajerial itu  harus larut  dalam  proses  internal organisasi dalam penciptaan pelayanan, membentuk partisipasi anggota  dan  didukung oleh  organizational capital yang kuat. Kekuatan partisipasi anggota sangat dasyat  karena  mampu menciptakan  pendapatan (user) dan modal (owner) sekaligus, anggota  pula yang memperkuat organizational capital guna menghasilkan efisiensi biaya yang signifikan. Hanya dengan pendidikan  koperasi  bagi para anggota, maka mereka  akan mampu menolong diri mereka sendiri.*/gus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH KOPDIT SINAR HARAPAN

KSP MULIA SEJAHTERA TABANAN