JOHANES BUJANG SETIAWAN,SS



JOHANES BUJANG SETIAWAN,SS
Guru Itu Pemicu


Guru itu pemicu maka Guru jangan berhenti  menjadi pemicu. Untaian kata ini dilontarkan oleh Johanes Bujang Setiawan,SS, Ketua Pengurus Koperasi Karyawan (Kopkar) Kolese Santo Yusup (Kosayu) Bali. Ditemui di ruang kerjanya SD Tegal Jaya Selasa (11/11)  pria yang akrab disapa  Pak Bujang ini mengaku profesi guru  adalah panggilan hidup sedangkan  bergelut  di koperasi  adalah pelayanan.
Pria kelahiran  Malang Jawa Timur  3 September 1972  ini  membenarkan  peran guru sejak dulu sampai sekarang  bukan hanya mendidik dan mengajar anak didik di sekolah tetapi juga memicu perubahan  dalam  kehidupan sosial kemasyarakatan. Di daerah-daerah terpencil, guru tampil sebagai pemicu perubahan cara pandang masyarakat, juga memicu perubahan  secara ekonomis.”Kenyataannya  koperasi-koperasi di wilayah perdesaan  awal berdirinya justru  atas inisiatif  para guru. Bahkan  sejumlah koperasi di perkotaan pun  dirintis oleh kelompok guru”, ujarnya.
Suami dari Birgita Ni Wayan  Maya Juwita Sumayudha  yang juga salah satu staf  tata usaha di SD Tegaljaya ini mengaku menjadi guru  baginya  adalah sebuah panggilan hidup. Buktinya, setelah lulus dari STIBA Malang  tahun 1998 jurusan Sastra Inggris, seharusnya  ia bisa bekerja  di tempat yang lebih menjanjikan. Ternyata  ia malah terjun ke dunia pendidikan dan mengawali karir di SD Tegaljaya sebagai pengelola perpustakaan tahun 1999  silam.
Ayah dari  Felisitas  Marelda Syalom Foralla Setiawan (Kelas V SD Tegaljaya) dan Felixiano Zigo Caunavaro Setiawan (Kelas II SD Tegaljaya) ini dipercayakan mengajar Bahasa Inggris di kelas I sampai III  SD Tegaljaya  sejak tahun 2001 silam. Dalam kesibukannya sebagai  guru  Pak Bujang masih  berkesempatan menyelesaikan studi Akta IV  di Universitas Saraswati. Dan dengan Akta IV itu  ia diangkat sebagai guru tetap Yayasan Kolese St. Yusup dan mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IV sampai VI.
Tentang koperasi Pak Bujang mengaku awalnya  tak mengerti apa itu koperasi. Tapi karena telah  menjadi karyawan Yayasan Kolese St. Yusup maka ia harus bergabung dengan Kopkar Kosayu. Tahun 2003  ia  masuk menjadi anggota.  Antara tahun 2006 sampai sekarang aktif sebagai pengurus. Tahun 2009 sampai 2011  ia  adalah Ketua Pengurus  dilanjutkan  tahun 2011-2013, juga  dengan posisi sebagai Ketua Pengurus. Selain  aktif di Kopkar Kosayu Pak Bujang juga  tercatat sebagai anggota Kopdit Kubu Gunung.
Lalu bagaimana membagi waktu antara  mengajar dan mengurus koperasi?  Jebolan SDN 04 Sengreng Sumber Pucung Malang Selatan dan SMP Dharma Wanita Sengreng Sumber Pucung Malang Selatan ini mengatakan tugasnya di SD Tegaljaya sudah diatur oleh jadwal waktu sedangkan  di koperasi memanfaatkan waktu luang. Jadi  sama sekali tak mengganggu jadwal mengajar.
Kalaupun ada kegiatan koperasi yang mengharuskan keluarBali  misalnya Diklat di luar Bali  atau Ratnas Inkopdit  maka Yayasan  pasti memberi ijin. Yang penting anak-anak  harus ditinggalkan tugas selama guru tak masuk kelas.Pihak Yayasan Kolese St. Yusuf  sangat mendukung kegiatannya di koperasi. Hal ini karena Kopkar Kosayu  adalah milik Yayasan Kolese Santo Yusuf.”Saya berterimakasih kepada Yayasan  yang memberikan kesempatan  bagi saya aktif di Kopkar Kosayu. Di koperasi saya belajar bagaimana melayani sesama karyawan”, ujarnya.
Menurutnya koperasi telah memberikan nilai tambah  bagi  masyarakat  khususnya anggotanya. Karena itu berkarya  di koperasi  sesungguhnya  adalah karya pelayanan. Pak Bujang mengaku tak henti-hentinya memperkenalkan  kepada  orang yang dijumpainya  tentang  koperasi khususnya  koperasi di bawah jaringan  Puskopdit Bali Artha Guna.”Sebagai guru  saya  mengajar murid-murid saya, tetapi sebagai aktivis koperasi saya mengajak masyarakat  bergabung di koperasi. Saya katakana kepada mereka  tak ada yang dirugikan bergabung dalam koperasi” ungkapnya.***agust g thuru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH KOPDIT SINAR HARAPAN

KSP MULIA SEJAHTERA TABANAN