Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Lodovikus Lenga: Pendekatan Capacity Building Hasilkan Kemandirian Sejati

Gambar
Pemerintah  telah menunjukkan keseriusannya dalam  membangun  koperasi-koperasi  agar mampu menjadi soko guru ekonomi kerakyatan. Salah satunya dengan  program  bantuan  dana bergulir. Sayangnya, seringkali pendekatan yang diterapkan pemerintah masih pendekatan modal, bukan pendekatan  capacity building. Demikian dikatakan  Manajer Kopdit  Sangosay Bajawa Ngada  Lodovikus Lenga saat bincang-bincang dengan Picu belum lama ini di Denpasar Bali. Menurutnya, saat ini pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)  dan pemerintah kabupaten/kota di seluruh NTT sangat antusias dan  berkomitmen untuk mengembangkan koperasi  dengan  mempertahankan predikat NTT provinsi  koperasi. Demikian juga pemerintah Kabupaten Ngada yang kini dipimpin  duet Bupati Marianus Sae dan Wakil Bupati Paulus Soliwoa terus berkomitmen  untuk mempertahankan predikat Ngada Kabupaten Koperasi. ”Komitmen pemerintah NTT dan Kabupaten Ngada  sudah jelas yakni membangun  koperasi  sebagai soko guru ekonomi kerakyatan.

Inkopdit Gelar Lokakarya Pengembangan CU Bagi Masyarakat Keci

Gambar
Se jumlah praktisi Gerakan Koperasi Kredit Indonesia dari Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Maluku berkumpul di Rumah Khalwat Tegaljaya Minggu 9 Januari hingga Rabu  12 Januari 2011. Mereka  hadir untuk sebuah lokakarya bertajuk ”Pengembangan  CU bagi masyarakat kecil” yang  dilaksanakan  atas kerjasama Inkopdit dan Ford Foundation. Hadir dalam acara pembukaan  Senin (10/1) pagi antara lain Pengurus Inkopdit yang diwakili anggota pengurus Frans Emanuel Supriyanto, Manajer Inkopdit Abat Elias,SE, penanggungjawab program Ford Foundation William Smith dan Ade Aryani, pengurus CU Lantang Tipo Puskopdit BKCU Kalimantan Fransiskus  Kadarusno,Nyonya Prita dari  Micra,para Ketua dan Manajer Puskopdit serta praktisi koperasi  dari NTT dan Maluku. Lokakarya dibuka oleh Anggota Pengurus Inkopdit Frans Emanuel Supriyanto, didampini  Manajer Inkopdit Abat Elias dan penanggung jawab program Ford Foundation Willam Smith. Usai pembukaan  dilanjutkan dengan  presentase Ford Foundation oleh Wi

UNTUKMU....SINAR PEMBERI HARAPAN

Gambar
Blog ini dibuat karena kecintaan saya pada desa kelahiran saya Desa Inerie, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di desa ini, sekelompok orang pada suatu jaman menelorkan ide untuk mendirikan sebuah koperasi credit dengan nama SINAR HARAPAN. Tokoh yang saya kagumi, seorang dengan tubuh cacat, tetapi hidup dengan cara berpikir yang dinamis, maju, berpandangan luas, bernama ROFINUS RAGA, telah membawa koperasi ini menjadi seperti sekarang ini. Benar apa kata orang, untuk menjadi pohon yang besar, harus ada yang menabur benih sebesar biji sesawi. Benih itu ditaburkan oleh orang-orang seperti Klemens Kolo almarhum dan sejumlah orang serta bapakku, pamanku, kakaku, saudaraku, teman diskusiku ROFINUS RAGA. Mantan guruku di SDK Inerie, mantan kepala desa untuk puluhan atahun, yang benar-benar berpikiran maju, elastis, dinamis. Bagi dia aku ingin mempersembahkan bloger ini, juga untuk dia yang kukagumi, bloger ini dipersembahkan kepada masyarakat desa Inerie dan

MAI MONI GO NUA...MARI LIHAT KAMPUNG...MAGHILEWA!

Gambar
Foto ini adalah rumah adatku...Sao Pu'u (rumah pokok) woe turu kisa. Kampung Maghilewa terletak di lereng gunung Inerie, desa Inerie, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada. Untuk bisa sampai ke kampung Maghilewa, bisa ditempuh dengan tiga alternatif. Pertama, bagi yang datang dari Labuanbajo, Ruteng atau Mborong dengan kendaraan umum, turun di pertigaan Aimere-Bajawa-Ruto (kampung Ende). Anda memilih untuk menggunakan kendaraan umum (kalau sudah ada bemo), Ojek atau bagi yang suka trekking bisa jalan kaki. Bagi yang senang bertualang, pasti memilih jalan kaki sejauh 8 kilometer. Kampung-kampung yang akan dilalui adalah Lekogoko, Waewaru, Malanegulengi, Kila, Waiwae, Paupaga, Pomasule dan akhirnya tiba di Malapedho. Jika perjalanan diteruskan maka akan melalui kampung Waengongo, Pali, Ruto, Kelitei, Nunupada dan berakhir di Waebela yang merupakan perbatasan wilayah antara kecamatan Aimere dan Kecamatan Jerebuu, hasil pemekaran dari kecamatan Aimere beberapa tahun lalu. Ruas jalan

MAGHILEWA...DI PESONAMU AKU RINDU PULANG!

Gambar
Kampung Maghilewa terletak di lereng gunung Inerie, desa Inerie, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada. Untuk bisa sampai ke kampung Maghilewa, bisa ditempuh dengan tiga alternatif. Pertama, bagi yang datang dari Labuanbajo, Ruteng atau Mborong dengan kendaraan umum, turun di pertigaan Aimere-Bajawa-Ruto (kampung Ende). Anda memilih untuk menggunakan kendaraan umum (kalau sudah ada bemo), Ojek atau bagi yang suka trekking bisa jalan kaki. Bagi yang senang bertualang, pasti memilih jalan kaki sejauh 8 kilometer. Kampung-kampung yang akan dilalui adalah Lekogoko, Waewaru, Malanegulengi, Kila, Waiwae, Paupaga, Pomasule dan akhirnya tiba di Malapedho. Jika perjalanan diteruskan maka akan melalui kampung Waengongo, Pali, Ruto, Kelitei, Nunupada dan berakhir di Waebela yang merupakan perbatasan wilayah antara kecamatan Aimere dan Kecamatan Jerebuu, hasil pemekaran dari kecamatan Aimere beberapa tahun lalu. Ruas jalan menyusuri pesisir pantai dengan laut biru serta bibir pantai yang eksotik m

MAGHILEWA...KAMPUNGKU DARI DULU SAMPAI SEKARANG...

Gambar
ANAK RANTAU... dalam bahasa Bajawa, ana loza atau ata we, mungkin julukan yang cocok bagiku. Pasalnya sejak menyelesaikan pendidikan di Sekolah dasar katolik Inerie tahun 1969, aku sudah meninggalkan kampung Maghilewa. Aku bersekolah di bajawa, di SMP Sanjaya yang kini sudah menjadi SMP Negeri 1 Bajawa. Di Bajawa, aku belajar tiga tahun dari tahun 1970 sampai 1972. Masih ada orang tua yang kucintai...Ine Domi! Terlalu banyak kenangan masa kecil di kampung Maghilewa. Sebagai anak desa, bersekolah dengan hanya berselimutkan kain, bertelanjang dada, dan maaf...bahkan tak bercelana alas. Jadi tidak heran jika kami berolahraga, anak laki-laki telanjang bulat sedangkan perempuan tetap memakai kain. Tetapi jika kami ke pantai Waesugi, anak laki-laki maupun perempuan mandi telanjang. Tak ada rasa apapun karena kami hanyalah anak desa yang polos. Ini jga orang yang kucintai...Ine Nela! Saat bersekolah di SDK Inerie,tahun 1963 sampai 1969, kepala sekolah waktu itu Bapak Hendrikus Ria,

KOPERASI BENDUNG BUDAYA PESTA

Gambar
LAIN PADANG, lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya, pepatah ini mau menggambarkan betapa uniknya masyarakat Indonesia yang mendiami gugusan pulau-pulau berjejer dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Keanekaragaman budaya itu adalah potensi bangsa yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Namun kita pun tak boleh menutup mata bahwa ada warisan budaya yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman. Misalnya budaya yang cenderung pada pemborosan secara ekonomis. Di kalangan masyarakat etnis Bajawa (salah satu etnis yang mendiami Kabupaten Ngada di pulau Flores) ada budaya menggelar pesta dengan tujuan untuk memberi makan para janda (fai walu) dan anak yatim piatu (ana salo). Biasanya yang empunya pesta adat membantai ratusan ekor kerbau, kuda dan babi untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin. Celakanya yang mempunyai pesta tak segan-segan menghutang. Soal menghutang ini di kalangan etnis Bajawa diungkapkan dengan bahasa adat

SEJARAH KOPDIT SINAR HARAPAN

Gambar
 SEJARAH KOPDIT SINAR HARAPAN KOPDIT Sinar Harapan didirikan pada 1 Januari 1982 yang dimotori oleh Klemens Kolo salah seorang guru SMP Pancakarsa (kini SMP Negeri Aimere II) dengan modal awal sekitar Rp 234.000. Namun antara tahun 1984-1986 Kopdit Sinar Harapan mengalami mati suri. Pada tahun 1987 mantan kepala desa Inerie Rofinus Raga (almarhum) mengutus beberapa orang yang dianggap mampu untuk mengikuti pendampingan yang diberikan oleh Perwakilan BK3D Bagian Barat yang sekarang dikenal dengan Puskopdit Bekatigade Ende-Nagekeo-Ngada (BENN). Dengan bekal pendampingan itu Rofinus Raga dan kawan-kawan mulai menata kembali Kopdit Sinar Harapan yang sudah mati suri itu. Awal tahun 1988 Kopdit Sinar Harapan mengadakan Rapat Anggota Tahunan yang pertama dari kebangkitannya yang kedua. Rofinus Raga dipilih menjadi ketua yang pertama dan Yoseph Madha, salah seorang guru Sekolah Dasar dipinang sebagai wakil ketua. Dari tahun ke tahun anggota terus bertambah dan tidak hanya dalam wila

KOPDIT SINAR HARAPAN MALAPEDHO TERUS 'BERSINAR'

Gambar
 KOPDIT SINAR HARAPAN MALAPEDHO TERUS 'BERSINAR' Desa Inerie, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada adalah sebuah desa di tepi pantai Laut Sawu, terletak persis di kaki gunung Inerie. Jarak dari Labuan Bajo sekitar 240 km dan dari kota Kecamatan Aimere 12 km. Jalan menuju desa ini dibangun sejak tahun 1985 dan aspal yang membalut badan jalan sudah terkelupas. Tak ada kendaraan umum roda empat ke desa ini kecuali puluhan ojek dengan tarif antara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu. Selama berada di desa ini telepon genggam dipastikan tak berfungsi karena memang tak ada jaringan. Untuk menelpon orang harus mencari-cari tempat yang ada sinyal, namun bukan hal mudah untuk mendapatkannya.Tapi justru dari desa yang ‘terpencil’ dari teknologi informasi ponsel ini tumbuh dan berkembang sebuah koperasi simpan pinjam dengan usia yang cukup tua. Nama KSP/Kopdit tersebut adalah Sinar Harapan. Kopdit Sinar Harapan berdiri pada 1 Januari 1982 yang diprakarsai oleh seorang gur