Tiga Masalah Koperasi
Awal Maret
2014 lalu, Kopdit Kubu Gunung mendapat kehormatan untuk dikunjungi oleh Guru Besar
dan seorang Credit Union-ist kaliber Internasional dari Kanada, Professor
Gislain Paradis dan muridnya Oliver Mike.Sebuah kunjungan yang langka dan
tentunya sangat menggembirakan karena beliau sekaligus menjadi tamu pertama
yang menggunakan fasilitas menginap di Kubu Gunung Centre.
Saya mendapat
dua kali kesempatan untuk ikut berbincang dengan beliau. Kesempatan pertama datang ketika saya diminta
untuk bicara sebagai wakil dari anggota Kopdit Kubu Gunung pusat. Kami berbincang di Ruang Pengurus Kopdit Kubu
Gunung, yang luas dan megah. Pada
kesempatan tersebut Prof. Gislain Paradis lebih banyak meminta saya bicara tentang pengalaman
saya berkoperasi, awal keterlibatan saya hingga pengaruh koperasi terhadap
perkembangan usaha dan perekonomian saya pribadi.
Di awal
perbincangan, memang terasa sedikit sulit untuk memahami kata-kata beliau,
sampai-sampai saya harus memperhatikan gerak bibir beliau agar tidak kehilangan
kata-kata yang keluar.Tetapi lambat laun setelah telinga saya terbiasa,
komunikasi kami dapat berjalan dengan lebih baik. Maklum saja, beliau berasal dari Kanada, negara yang menggunakan
dua bahasa dominan, Inggris dan Perancis.Jadi aksen beliau masih suka
bercampur,bahasa Inggris, tapi dilafalkan Perancis, sehingga perlu sedikit adaptasi untuk bisa
memahami betul setiap kata-katanya.Kami berbincang tidak terlalu lama pada saat
itu, hanya sekitar 30 menit saja. Karena
masih banyak agenda lain yang ia harus jalankan. Setelah waktu dengan saya, ia melanjutkan
untuk bertemu dengan Kepengurusan dan Management Kubu Gunung.
Keesokan
harinya sebenarnya saya dijadwalkan lagi untuk menemani Prof. Gislain Paradis berkunjung ke Kopdit Kubu Gunung cabang Asahpanji,
sambil menimba lebih banyak ilmu tentunya.Tetapi rencana tersebut gagal, karena
saya harus menghadiri 2 meeting lain di Nusa Dua dan Denpasar.Nah kesempatan
untuk berdiskusi benar-benar akhirnya datang di hari Selasa, 11 Maret yang
lalu. Ketika Ibu Maria, Ketua Kopdit Kubu Gunung, mengijinkan saya untuk ikut
dalam pembahasan Visi dan Misi Kopdit Kubu Gunung dengan Professor.
Pertemuannya diadakan di Restoran Grace Kelly, Hotel Dynasti, Jalan Kartika
Plaza, Kuta.
Kami datang
bertiga, Ketua Pengurus Kopdit Kubu Gunung, Ibu Maria, General Manager Kopdit
Kubu Gunung, Ibu Surya, dan saya. Pak Emmanuel Frans Supriyanto, menyusul
datang di tengah meeting, karena harus menyelesaikan acara yang lain dulu.
Seperti biasa, Professor Gislain menyambut kami dengan antusias dan penuh
semangat.“How are you ? “ Perfect,
Wonderfull .. as always. “ Begitu jawabnya sambil tersenyum lebar. Pertanyaan
pertama yang keluar dari Professor, sebenarnya sangat sederhana. “Do you
realize what is your biggest problem now?“. Pertanyaan simple sebenarnya,
tetapi membingungkan dan ternyata memang tidak mudah untuk dijawab.
Jawaban yang
muncul dari kami awalnya adalah, “Ketidaksiapan SDM untuk mengantisipasi
loncatan kemajuan yang dibuat oleh organisasi“. Dan kami sebenarnya memang dari
awal rencana pertemuan sudah bersiap untuk membahas masalah tersebut. Kami sudah menyiapkan struktur organisasi,
rencana pengembangan management ke depan, dan lain-lain. Makanya kami cukup
confidence untuk menjelaskan masalah yang kami angkat tersebut.Tetapi
kenyataannya jawaban tersebut kurang tepat pada sasaran, kalau tidak bisa
dibilang salah. Ketidaksiapan SDM adalah masalah yang muncul karena masalah yang
lain, jadi bukan merupakan masalah utama.
Agak sulit
juga pada awalnya untuk kami memahami penjelasan tersebut, tetapi setelah
berdiskusi panjang lebar beberapa waktu, akhirnya kami mulai bisa melihat
masalah-masalah utama kami yang sebenarnya. Dengan petunjuk Professor kami bisa
mengelompokkan masalah-masalah yang sebelumnya terlihat samar tersebut menjadi
3 kelompok masalah besar yaitu; BAD LOANS (kredit macet),UNEARNING ASSETS (aset
yang tidak menghasilkan) dan MARKETING (pemasaran produk).
Nah, pembenahan
masalah SDM yang akan kami lakukan dalam rencana kami itu, seharusnya adalah
bagian dari langkah kami untuk menyelesaikan 3 masalah besar di atas. Bukan salah, tetapi terbalik
prioritasnya.Sekilas memang terlihat tidak terlalu vital, hanya terbalik prioritasnya.Tetapi
prioritas ini sebenarnya adalah masalah besar yang bisa menyebabkan kegagalan
manajemen dalam mencapai target.Kesalahan prioritas bisa terjadi di mana saja.
Dalam rapat misalnya, keputusan bisa gagal di ambil kalau kita salah menentukan prioritas, mungkin
saja keputusan di ambil tetapi tidak membawa solusi bagi masalah, karena akar
masalahnya justru tidak kita pikirkan. Dalam rencana kerja, target bisa tidak
tercapai karena kita salah menentukan
prioritas, sehingga pekerjaan yang seharusnya diselesaikan terlebih dahulu
justru tidak dikerjakan, akibatnya keseluruhan proses kerja menjadi terganggu.
Prioritas harus ditetapkan lebih dahulu,
kemudian rencana kerja, kita susun berdasarkan prioritas. Setelah sepakat tentang 3 Masalah Besar yang menjadi prioritas kita
itu, kemudian diskusi kami lanjutkan untuk membahas masalah-masalah lain yang
lebih detil.
Bad Loans
Membahas
tentang Bad Loans, ada beberapa
pertanyaan yang harus dijawab dan dibahas secara mendalam dengan Tim Pengurus
dan Management. Terutama dengan divisi
kredit, karena merekalah ujung tombak yang seharusnya paling memahami
permasalahan dan kendala penyebab Kredit Macet tersebut.
Sejumlah
pertanyaan itu adalah;Adakah kebijakan
dari Board ( Pengurus ) yang menyulitkan managemen dalam melakukan analisa
secara obyektif sebelum mengambil keputusan untuk realisasi kredit? Adakah
dukungan dari Pengurus ketika managemen menghadapi kendala dan kesulitan dalam
masalah kredit? Adakah intervensi Pengurus, Pejabat, karyawan atau Senior Koperasi
dalam proses analisa kredit ? Adakah titipan-titipan dari pihak-pihak tersebut
untuk mendorong realisasi sebuah permohonan kredit tanpa melalui analisa yang
tepat? Adakah sistem dan kebijakan analisa kredit yang bisa dijadikan acuan
bagi manajemen untuk menentukan layak tidaknya sebuah pengajuan kredit di
realisasikan? Adakah Standar Operational Prosedur untuk penanganan Kredit
Macet? Langkah yang dilakukan 1-3 bulan
pertama, 3-6 bulan, 6-12 bulan, dan di atas 12 bulan? Adakah Person In Charge
yang memahami prosedur dan mampu mengambil tindakan yang perlu untuk menangani
kredit – kredit bermasalah?
Sempat
diungkapkan dalam diskusi dengan Prof. Gislain
Paradis tentang budaya kekeluargaan
yang sering menjadi penghambat Koperasi untuk bersikap tegas ketika menghadapi
Kredit Macet.Dan budaya tersebut sebenarnya adalah salah satu keunggulan yang
dimiliki Koperasi dibandingkan dengan Lembaga Pembiayaan lain yang sering kali
bersikap semena – mena mengeksekusi jaminan debitur atau bahkan menggunakan
debt collector untuk memaksa debitur menyelesaikan kewajibannya.
Prof. Gislain
Paradis berpendapat bahwa sikap kekeluargaan dan komunikasi memang baik untuk
dipertahankan.Budaya untuk memahami masalah anggota ketika mereka bermasalah
memang boleh menjadi ciri khas kita, tetapi sangat penting untuk menanamkan
pada anggota bahwa kita memiliki system dan kebijakan yang tegas untuk menuntut
anggota disiplin dan bertanggungjawab terhadap fasilitas yang sudah kita
berikan. “Of course we are understand your problem, but we should be though if
some one try to break the regulation. We are not just here to serve the member,
but we must also responsible to the member.This is how we should create our
reputation“. Diterjemahkan seperti ini; Tentu
saja kita memahami permasalahan anda (anggota), tetapi kita juga harus mampu
menjadi tangguh ketika seseorang berniat untuk merusak peraturan
organisasi.Kita tidak hanya hadir untuk melayani anggota saja, tetapi kita juga
harus bertanggungjawab kepada anggota. Demikianlah seharusnya kita menciptakan
reputasi kita.
Unearning Assets
Permasalahan kedua yang juga menjadi prioritas utama adalah Aset Yang Tidak Menghasilkan. Professor
Gislain memandang permasalahan aset tersebut sebagai masalah yang sangat perlu
untuk segera disolusikan karena semakin lama kita biarkan aset tidak
menghasilkan, aset tersebut bukan hanya akan statis, tetapi akan mengalami
penurunan nilai, sehingga berpotensi menjadi kerugian.
Professor Gislain bahkan menuturkan pengalamannya ketika ia memulai
bisnis pertamanya dengan membuka hotel pada waktu ia berusia 30 tahun. Pada
waktu itu ia juga mengalami kegagalan yang berujung pada kebangkrutan karena tidak
memperhitungkan aspek-aspek dengan cermat.Hotel adalah sebuah bisnis yang
kompleks dan membutuhkan fokus dan keahlian untuk mengelola.
Dari pengalaman itulah Professor Gislain meminta kepada manajemen Kubu
Gunung untuk betul-betul serius memikirkan tentang investasi besar yang sudah
ditanamkan kedalam fasilitas Kubu Gunung Centre ini. Professor Gislain
merekomendasikan Pengurus untuk membentuk komite kecil yang terdiri dari orang-orang yang memang memiliki keahlian di
dalam bidang perhotelan.Komite inilah yang nantinya akan memberi masukan dan
mengawasi manajemen hotel dalam mengoperasikan Kubu Gunung Centre secara independen.
Komite ini jika diperlukan juga dapat membantu manajemen hotel untuk
membuat business plan, marketing plan, forecast dan cash flow bahkan hingga
penyusunan rencana dan target ROI (Return Of Investment) jangka pendek maupun
jangka panjang.Dengan keberadaan komite tersebut,Kubu Gunung Centre dapat
sesegera mungkin menjalankan fungsinya sebagai unit usaha yang mandiri dan
tidak lagi disubsidi oleh induknya.
Anggota dari Komite tersebut berasal dari anggota yang dipilih oleh
Pengurus dan nantinya juga akan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada
pengurus melalui laporan operasional bulanan maupun laporan keuangan. Professor
Gislain berpendapat bahwa sangat penting untuk memisahkan secara tegas antara
Kopdit Kubu Gunung dan Kubu Gunung Centre.Karena jika tidak demikian akan
sangat mungkin terjadi konflik kepentingan antara manajemen bahkan pengurus
kedua organisasi yang bisa mengakibatkan situasi kerja yang tidak sehat.Dengan
pemisahan yang tegas, akan dapat dilakukan pembagian tugas yang proporsional
sehingga Pengurus Kopdit Kubu Gunung dapat tetap fokus menyelesaikan masalah
internal Kopdit, terutama masalah Kredit Macet sedangkan masalah Hotel dapat
dipikirkan oleh Komite yang memang memiliki keahlian untuk permasalahan
tersebut.
Menyoal Marketing
Dalam kaitannya dengan masalah Marketing, Professor Gislain menegaskan
lagi bahwa penting untuk memperkuat dulu sistem dan manajemen internal
organisasi sebelum mengembangkan segmen pasar Kopdit Kubu Gunung. Pasar mungkin
bisa kita raih, tetapi lebih dari sekedar meraih pasar, kita juga diharapkan
mampu memberikan informasi yang benar kepada anggota-anggota baru kita tentang
mekanisme dan sistem kerja di dalam koperasi kita.
Sehingga diharapkan anggota yang masuk bukan hanya orang-orang yang
hanya ingin sekedar mendapatkan pinjaman saja, tetapi benar-benar memiliki kemauan untuk menjalin kerjasama
yang baik untuk kemajuan bersama.Di sanalah pentingnya kita membangun reputasi
sebagai Koperasi yang kooperatif, yang mau mengerti kebutuhan anggota, tetapi
tegas dan disiplin dalam meminta anggota memenuhi kewajiban dan
tanggungjawabnya.
Professor Gislain juga menceritakan tentang Credit Union yang
dikelolanya di Kanada bernama Desjardins.
Credit Union ini berdiri pada awal tahun 1900, pada awalnya hanya untuk lingkup
terbatas yang dinaungi oleh seorang Regional Bishop (pemimpin agama)
dengan anggotanya yang sangat terbatas pada kalangan tertentu saja.Baru pada
tahun 1960, Desjardins berkembang menjadi Universal Credit Union yang juga
melayani masyarakat umum.
Saat ini Desjardins sudah mengalami perkembangan yang luar biasa
dengan memiliki 450 Kantor Credit Union di dalam 1 provinsi dan sekitar 80.000
anggota. Mengendalikan 60 % perekonomian
dan bahkan sudah melakukan pengembangan usaha dengan mengakuisisi saham
beberapa perusahaan terkemuka di Kanada. Desjardins diperhitungkan tidak hanya
antar Credit Union saja, tetapi sudah masuk dalam jajaran 4 Lembaga Keuangan
terbesar di Kanada, 3 diantaranya Bank.
Di Kanada, persaingan antar lembaga keuangan sudah demikian ketatnya,
sehingga selisih bunga antara lembaga satu dengan lainnya hampir tidak ada,
kalaupun ada selisihnya hanya berkisar kurang dari 1%.
Dengan kondisi yang demikian, tentu saja Marketing menjadi masalah
yang sangat berat untuk dijalankan.Produk simpanan dengan bunga tinggi,
mustahil dilakukan karena pinjaman pun tidak bisa dijual dengan bunga yang
menghasilkan keuntungan. Bonus dan hadiah , tentu saja tidak bisa juga
dilakukan, karena anggaran untuk itu jelas tidak akan ada.Disinilah kemudian
kredibilitas, profesionalitas, reputasi dan servis kepada anggota menjadi
faktor utama yang sangat menentukan.
Desjardins Credit Union membuat persyaratan yang sangat mudah untuk
menjadi anggota, biayanya pun dibuat sangat kecil, hanya $5 saja, tanpa
dibebani biaya – biaya lain. Sehingga
anggota sama sekali tidak diberatkan oleh prosedur pendaftaran tersebut.Fasilitas
pun di buat demikian lengkap dan berguna, ATM, Credit Card, bahkan hingga
kerjasama dengan VISA untuk dapat meraih dana di luar negeri.
Konsep keuangan Credit Union yang transparan dan akuntable juga
menjadi salah satu kekuatan Desjardins dalam bersaing dengan lembaga keuangan
lain.People choose to be the member
because they want to have a strong financial institution that offer so many
different values.(Masyarakat memilih untuk menjadi anggota karena mereka ingin
memiliki lembaga keuangan yang kuat dan menawarkan banyak nilai – nilai lebih
lainnya).Nilai tambah tersebut adalah kebijakan – kebijakan khas Credit
Union yang memberikan nilai lebih bagi anggota daripada sekedar meletakkan uang
di Bank. Nilai pendidikan, nilai sosial,
dan sebagainya.
Desjardins Credit Union, bahkan mengelompokkan anggotanya menjadi
beberapa segmen berdasarkan latar belakang budaya dan profesi mereka.Antara
lain kelompok Guru, kelompok Pengusaha, Kelompok Petani, Kelompok Agama dan
kelompok – kelompok lain. Masing-masing
perwakilan dari kelompok-kelompok tersebut kemudian membawa
kepentingan-kepentingan mereka untuk dibahas dan dipertimbangkan dalam
pembuatan kebijakan Credit Union.
Professor Gislain menegaskan bahwa pada kondisi apapun, kebijakan
harus diambil untuk dapat memberikan manfaat dan keuntungan dengan
mempertimbangkan situasi global pasar dan produk-produk kompetitor.Kebijakan
tidak boleh diambil hanya eksklusif untuk anggota.Kebijakan yang diambil harus
mampu memberikan nilai lebih, sehingga dapat membuat anggota makin loyal, dan
menarik masyarakat yang belum menjadi anggota untuk masuk dan ikut bergabung.
Situasi pasar di Indonesia masih memungkinkan Credit Union untuk
berkembang dengan optimal. Masih banyak
sekali celah-celah yang memungkinkan kita untuk melakukan inovasi dan penetrasi
pasar dengan lebih baik.Tinggal kreativitas dan usaha kita yang menentukan
apakah kita mampu memanfaatkan peluang tersebut atau tidak.
Kami mengakhiri diskusi kami pada pukul 16.30 WITA, menghabiskan waktu
3 jam yang tidak terasa.Diskusi yang sangat menarik dan sarat dengan ilmu untuk
dapat kami terapkan pada usaha dan upaya kami membentuk organisasi yang lebih
baik dan profesional.Ada pesan Professor yang sangat menarik untuk diingat;
“Target is like an acupuncture point, you push on it, and it will spread out
the energy to fix problem everywhere.So do not make too many Target. Make it
simple but clear.Then very important to make sure your team agree to work on
it.“ Target itu seperti titik akupunture, kita menekan titik tersebut maka
energy akan tersebar untuk memperbaiki banyak masalah di tempat lain.Jadi
jangan membuat terlalu banyak Target. Buatlah sederhana tetapi jelas.Lalu yang
terpenting adalah memastikan seluruh team sepakat untuk bekerjasama
mencapainya.*ignasius sonny wicaksono/agus g thuru
Komentar
Posting Komentar