Romanus Woga
Kalau tidak Pintar, Jadilah Orang Baik
Bagi kalangan Gerakan Koperasi Kredit
Indonesia, sosok Romanus Woga sudah tak
asing lagi.Pria yang akrab disapa Rommy
ini adalah Ketua Induk Koperasi
Kredit (Inkopdit) sejak terpilih
pada 22 Mei 2010 untuk masa pengabdian tiga tahun. Mengaku tak punya gelar akademik,
bukan seorang profesor, tapi bangga menjadi seorang agresor. Tak heran kalau
ia sering mengatakan, if you can not be
a clever person, be a kind one,jika anda tidak bisa menjadi orang yang pintar,
jadilah orang yang baik.
Romanus Woga memang tidak memiliki latar belakang pendidikan akademik,
tak ada gelar sarjana melekat pada dirinya. Ia menyelesaikan
pendidikannya di SMEA Syuradikara Ende dan pernah tinggal satu asrama
dengan Profesor Thoby Mutis yang kala itu
tercatat sebagai siswa SMAK Syuradikara. Meskipun hanya berbekal ijasah SMEA, namun kepiawaian Romanus Woga
dalam menggerakkan Credit Union di Indonesia, khususnya di Nusa
Tenggara Timur telah dirasakan
oleh puluhan ribu masyarakat, khususnya
masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Tak heran
kalau ia memang dilahirkan
sebagai agresor, manusia yang tak bisa
diam, dan terus bergerak membuat
gebrakan dan membuat perubahan. Terbukti, meskipun hanya berlatar belakang pendidikan sekolah lanjutan atas saja, tetapi Rommy
pernah dipercayakan masyarakat Sikka
duduk di kursi DPRD Sikka, menjadi penasihat Dekopinwil NTT, mengelilingi hampir 20 negara di dunia dan menerima
penghargaan dari Presiden sebagai tokoh koperasi NTT.
Bagi Romanus, hidup harus ada ambisi. The man
without ambition, like a bird without wing, orang yang tidak punya ambisi sama
seperti burung yang tidak punya sayap, demikian prinsip Woga. Ambisi, penting
dimiliki oleh seorang agresor. Maka ketika
terjadi pemilihan Ketua Inkopdit
22 Mei 2010 silam, ambisi juga yang mendorongnya maju, bersaing
dengan kandidat lainnya yang secara
akademik lebih tinggi darinya. Ternyata Romanus terpilih
60 suara dari 90 suara, artinya
kemenangan mutlak.
Ada
satu kelebihan dari pria Maumere
yang saat ini masih menjabat Ketua
Puskopdit Swadaya Utama Maumere yakni
selalu mempersiapkan sambutan secara tertulis. Termasuk, ketika ia menyampaikan sambutan pada pembukaan Rapat Anggota Tahunan XVII Tahun Buku 2012 Puskopdit Bali Artha Guna di Denpasar 28 April 2013 lalu. Ketika itu,
sebelum menyampaikan sambutan, ia mengatakan vox audita perit,
littera scripta manet, apa yang didengar akan hilang, apa yang tertulis akan
tetap tinggal.
Menoleh ke belakang dan menyusuri kembali
jejak-jejak perjalanan hidup,
keterlibatannya pada Credit Union
(CU) yang sekarang populer dengan Koperasi Kredit bermula ketika menyelesaikan pendidikan di
SMEA Syuradikara Ende, sebuah sekolah
yang dikelola oleh para imam SVD dan
sangat terkenal di seantero
nusantara. Rommy menyelesaikan SMEA
tahun 1969 kemudian bekerja dengan pater Heinrich Bollen, SVD.
Rommy
bukan tak punya ambisi untuk meraih pendidikan akademik lebih tinggi
tetapi ada jalan lain yang harus
ditempuhnya dan jalan lain itu ternyata
menjadikan hidupnya lebih berarti. Tahun 1972 pernah punya keinginan masuk
Sekolah Tinggi Perpajakan di Denpasar
Bali tapi Pater Bolen mengatakan,
di Jakarta banyak sarjana yang menganggur. Juga pernah punya keinginan masuk kuliah di Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial di Malang.
Tapi Pater Bollen,SVD menawarkan Kuperda, Kursus Perkembangan Desa, itu di Bogor
dan hanya satu tahun. Rommy akhirnya
memilih Kuperda, naik pesawat dari
Maumere turun di Surabaya. Waktu itu, orang NTT yang bisa naik pesawat bisa
dihitung dengan jari. Dari Surabaya ke Bandung naik kereta api lalu melanjutkan
perjalanan ke Bogor. Dan Romanus pun tercatat sebagai peserta Kursus
Perkembangan Desa, selama satu tahun. Tahun 1973 Romanus kembali ke Maumere,
dan bekerja di Yaspem, dan mulai
mengembangkan CU dari desa ke desa dengan memberikan motivasi. Maka pantas
kalau ia menyebut dirinya seorang
agresor.
Ada
satu kelebihan yang dimiliki Rommy
yakni fasih berbahasa Inggris. Pengalaman adalah guru yang baik dan Rommy benar-benar
bertumbuh dan berkembang dalam
karir karena pengalaman, termasuk ketika ia menimba ilmu bahasa Inggris di
Filipina tahun 1977. Dari tahun
1977-1979 Romanus Woga mengikuti
kursus di South East Asia Rural Social
Leadership Development di Xavier University Ataneo de Cagayan.
Di gerakan koperasi (Credit Union) Romanus
tercatat sebagai pelaku sejarah berdirinya badan koordinasi CU seluruh
Flores dengan kantor koordinatornya di Ende dan sub koordinatornya di Maumere.Ia didaulat
menjadi Ketua Sub Koordinator Maumere yang mencakup Sikka, Flotim dan
Lembata ditambah dengan daratan Timor. Sebagai agresor, ia membuat kursus dasar tentang koperasi kredit, termasuk
pertama kali di Kupang yang diikuti oleh
mereka yang rata-rata bergelar akademik. Ternyata mereka mengaku tidak
tahu Credit Union dan Romanus menjadi
semakin menjadi agresor.
Bagi Rommy, masyarakat saat ini mulai sadar betapa pentingnya berkoperasi. Mereka
sadar dengan menjadi anggota koperasi,
mereka bisa membangun rumah, membiayai pendidikan anak, bisa tebus gadai tanah
dan sebagainya.Romanus Woga adalah sosok yang
dikenal telah berbuat banyak untuk masyarakat NTT dan termasuk selalu sukses dalam berkarya. Baginya asal ada niat, tekad dan mau mengabdi untuk
masyarakat, maka Yang di Atas akan memperhatikan.
Satu hal yang ditentang oleh Romanus adalah soal bantuan yang digulirkan oleh pemerintah untuk masyarakat termasuk
bantuan ke koperasi. Baginya, bantuan hanya membuat manja dan mematikan
koperasi. Di NTT koperasi yang mendapat
bantuan banyak yang mati karena tidak tahan bantingan. Koperasi yang menerima
bantuan berarti koperasi tersebut telah
kehilangan semangat swadaya dari para anggotanya.
Romanus
Woga lahir di Hewokloang, Sikka
Nusa Tenggara Timur 16 Juli 1946, menikah dengan Matilde Klementina tanggal 27 Mei 1979. Mereka dikaruniai
putra-putri Emanuel Woga, Robertus Woga
dan Maria Matildis Woga. Yah, ia benar-benar agresor, yang menghantar
jutaan orang merasakan apa arti sebuah
Credit Union, apa arti Koperasi Kredit.
Koperasi, Satu untuk Semua
dan Semua untuk
Satu.
RAT XVII Tahun Buku 2012 Puskopdit Bali Artha
Guna, Minggu (28/4) di Aula Besar Rumah Khalwat tegaljaya dihadiri juga oleh Ketua Inkopdit Romanus Woga. Ia berkenan memberikan sambutan
sekaligus membuka RAT tersebut.Memulai sambutannya, Romanus mengatakan
dirinya berkebiasaan untuk membuat catatan tertulis dalam menyampaikan
sambutan, karena dalam bahasa Latin dikatakan vox audita perit, littera scripta manet, suara
yang didengar akan hilang, kalimat yang tertulis akan tetap tinggal. Hal
penting yang ditekankan dalam
sambutannya adalah tentang
esensi tiga pilar koperasi kredit sebagai penuntun: unitas, karitas dan
veritas bagi gerakan koperasi kredit Indonesia.
Disinggung pula tentang
Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) yang sebelumnya dikenal dengan Badan
Koordinasi Koperasi Kredit/BK3I, atau sebelumnya lagi dikenal dengan CUCO (
Credit Union Counselling Ofiice ),mulanya berfungsi sebagai “Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat /LPSM, dalam rangka menumbuhkembangkan lembaga
pelayanan usaha keuangan yang berazaskan sendi dasar koperasi.
Kata dia, sejarah mencatat bahwa sebelum CUCO
dibentuk diawali dulu dengan Kelompok Lingkaran Study Credit Union, dari
Kelompok Lingkaran Study ini baru terbentuk CUCO pada awal tahun 1970 dan
memilih Pater Karel Albrecht SJ, sebagai Direktur dan Drs.Robby Tulus sebagai
wakilnya. Dari situlah dimulai kegiatan promosi , motivasi dan pendidikan
sehingga dalam pengembangannya credit union dimotori oleh pendidikan. Sehingga
dalam buku anggota yang masih manual, dibelakangnya selalu tertulis Credit
Union dimulai dengan pendidikan, berkembang melalui pendidikan dan dikontrol
melalui pendidikan dan hidupnya bergantung sebagian besar dari pendidikan.
Ditegaskan Romanus dirinya masih ingat betul motto awal promosi Credit
Union yaitu “Credit Union tidak susah, uang kita aman pinjam murah, simpan
teratur pinjam bijaksana angsur tepat turut rencana, pendidikan syarat mutlak
tiap bulan rapat supaya tahu, tiap tahun rat supaya maju.
Ajakan Credit Union untuk bekerja sama dan
bersatu bisa diikuti dalam Hymne Credit
Union yang aslinya ialah “ If you
believe and I believe and we together work the Spirit of Love will inspire us
and we will all be one and we will all be one “. Bila kita saling percaya dan
bekerja sama Roh Kasih kan mengilhaminya dan kita bersatu dan kita bersatu. Penekanan
di Hymne tersebut adalah Kerjasama dan Persatuan, dan kalimat “dan kita bersatu
“ mengapa harus diulang dua kali, hal ini mau memberikan gambaran dasar bahwa
maknanya sangat dalam karena itu Kerjasama dan Bersatu adalah satunya kata dan
perbuatan.
Lebih lanjut Romanus katakan, Mr. Andrew So, pendiri ACCU adalah
seorang penggerak CU di Hongkong, tiap tahun pada moment ACCU Forum selalu hadir dan memberikan
ceramah dan tetap semangat memberi motivasi bagi penggerak CU Asia. Pada
ceramahnya di ACCU Forum di Bangladesh tahun 2008, ia pernah mengatakan bahwa; Dalam
menghadapi zaman globalisasi ini gerakan credit union tidak pernah boleh
melupakan Etika Dasar dan Prinsip Dasar. Etika dasar Credit Union ialah One for
All and All for One kemudian Dr. Supachai ,penggerak CU Thailand mengatakan
People helping People, tapi intinya adalah; Satu untuk Semua dan Semua untuk
Satu. Siki anggen Samlan- Samlan anggen Siki, Setunggal kangge Sedaya, Sedaya
kangge Setunggal dan seterusnya.
Tegakkan Etika
Dalam Berkoperasi
Hal
lain yang juga ditegaskan Romanus dalam sambutannya adalah soal
etika. Kata dia, dalam mengelola koperasi perlu ditegakkan etika. Ia
mengutip Kompas (16 April 2013) yang menurunkan topik ‘Tegakkan Etika Bangsa’, yang merupakan
pernyataan dari Ketua MPR Taufik Kiemas.
Perlunya penegakkan etika bangsa ini karena kecenderungan terjadi kemerosotan
kualitas moral dalam kehidupan berbangsa akhir-akhir ini. Maka dengan
penegakkan etika bisa melengkapi dan menutup kelemahan sistim hukum di
Indonesia.Saat ini moral bangsa tidak bisa ditegakan lagi hanya dengan mengandalkan
penegakan hukum semata. Beban penegakan hukum di Indonesia sudah terlalu berat.
Terbukti, sebagian besar penjara di Indonesia sudah melampaui kapasitas.
Faktanya, kata Romanus, jika hanya mengandalkan hukum moral bangsa
juga tak membaik signifikan. Dalam kondisi itulah perbaikan moral harus dibantu
dengan penegakan sistim etika. Jika masyarakat memiliki etika yang tinggi,
persoalan horizontal bisa diselesaikan tanpa harus merembes menjadi masalah hukum.
Dengan etika persoalan bisa diselesaikan tanpa harus melapor ke polisi.
Kata Romanus,soal etika sangat berkaitan erat dengan perilaku anggota
kopdit akhir-akhir ini, terutama perilaku menunggak pinjaman sehingga terjadinya
kelalaian pinjaman di hampir sebagian besar kopdit dan puskopdit di gerakan koperasi
kredit. Untuk itulah perlunya kerjasama dan saling percaya.Kemampuan kerjasama
adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain untuk menghasilkan karya
yang lebih besar dari sekedar dilakukan sendiri.
Menurut Romanus, kemampuan kerjasama sangat
penting karena dua hal. Pertama; Manusia adalah Sumber Daya yang paling kaya
dan bila mampu memadukan sumber daya ini untuk membangun maka Karya Besar akan
tercipta. Puskopdit Bali Arta Guna tercatat dalam data Inkopdit mempunyai
anggota perorangan sebanyak 28.889 orang
dengan total aset sebesar Rp.391.643.548.601, angka tersebut diperoleh karena
adanya persatuan dan kerja sama dari 22
primer credit union sebagai anggota Puskopdit BAG. “Seandainya hanya Kubu
Gunung saja atau hanya Swastiasu saja maka tidak menemukan data sebesar itu.
Dan Puskopdit Bali Arta Guna menduduki urutan ke-15 dari 35 Puskopdit se-Indonesia”,
tegasnya.
Kedua; Manusia dapat menjadi solusi terbesar
dan sekaligus menjadi masyalah terbesar. Bila tidak ada kerja sama maka sumber daya
manusia yang sangat kaya itu berpotensi menjadi masalah terbesar sehingga karya
besar tidak tercipta, contoh konkrit ada Kopdit dan Puskopdit yang tidak maju-maju
karena tidak ada kerja sama dan tidak bersatu, mendapat julukan hidup enggan
mati tak mau.”Hymne credit union amat sangat bermakna bagi Gerakan Kopdit di
Indonesia yang berjenjang dari Primer ke Sekunder Puskopdit dan selanjutnya ke
Inkopdit,untuk itu maka 5 Wajib Nasional seharusnya menyatu dan tidak di tawar-tawar
lagi”, ujar Woga.
dan Menerima
Menurut Romanus Woga, kesatuan yang dilandasi
oleh kesadaran, kepercayaan dan pengertian akan menjadi Kekuatan yang kokoh dan
berkelanjutan.Ia menegaskan semua yang
hadir sebagai peserta RAT, sudah saling memberi dan menerima.
Dikatakannya, pengurus dan pengawas menyampaikan
laporan kegiatan Puskopdit Tahun Buku 2012 sedangkan anggota menerimanya untuk
memberikan evaluasi.”Sama-sama meluangkan waktu, tenaga, pikiran, perkataan dan
perbuatan, sharing satu sama lain, ini adalah pekerjaan pelayanan”, tegas Woga.
Kesempatan tersebut Woga menyampaikan, bagi yang
Kristen baru saja melewati Perayaan Paskah, perayaan kebangkitan Yesus Kristus
yang telah memberi dengan sukacita, merelakan diriNya untuk dihina, kemudian
disalibkan, sungguh satu sikap pelayanan yang luar biasa.Perayaan Kebangkitan
Yesus Kristus memberikan satu perintah,
satu janji, satu tantangan dan satu harapan untuk menjadi duta pembawa keselamatan,
pembawa perbaikan sosial ekonomi anggota dan masyarakat melalui kerja keras dan
penuh pengabdian lewat jalur pelayanan.
Disampaikan
Romanus bahwa prinsip dasar
Credit Union seperti yang diingatkan
oleh Mr. Andrew So, adalah credit union not for profit, not for charity but for
service. Credit Union tidak untuk mencari untung, tidak
untuk memberi derma tapi untuk pelayanan. Bahwa produk-produk pelayanan dalam
kopdit- puskopdit bersumber dari, oleh dan untuk anggota, untuk itu semangat
bantu diri melalui bantu bersama dapat terwujud yaitu Keswadayaan dan Solidaritas. “Aku susah kau
bantu, kau susah aku bantu”, tegas Romanus.
Lebih lanjut Romanus katakana, dalam pelayanan pengurus, pengawas
dan manajemen Kopdit atau Puskopdit perlu “CIUM “ yakni Cekatan, Inisiatif,
Ulet dan Mahir dan 267 (ReLaSi ), Relakan
diri Lakukan aksi dan Siap kemana saja untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
sekaligus mendapatkan tambahan anggota perorangan , tambahan modal dan aset. “Tiga
tahun ke depan Puskopdit Bali Arta Guna akan menduduki rangking 5 Besar dalam
GKKI. Kita harus berambisi ke sana. Inkopdit pun telah memasang patok bahwa
tahun 2020 menjadi Empat Besar Asia dengan 10 juta anggota perorangan dan aset
sebesar Rp100 Triliun”, tegas Romanus.
Menurut Romanus posisi Inkopdit akhir
tahun 2012 adalah 2 Juta 70 ribu anggota perorangan dan asset
sebesar Rp 16 Trilyun lebih, dari 35
Puskopdit dan 951 Kopdit Primer. Data ini menunjukan kekuatan Swadaya dari gerakan kopdit bukan kekuatan
bantuan.
Melayani Adalah
Kehormatan
Hal penting yang juga ditekankan Romanus
dalam sambutannya adalah soal pelayanan.
Kata dia, melayani adalah kehormatan. Setiap pelayanan yang dilakukan, apapun
bentuknya merupakan kesempatan untuk beribadah dan melayani Tuhan,
sehingga melayani adalah kehormatan dan
kebanggaan.
Soal pelayanan ini, Romanus mengutip
ayat-ayat suci.Apa saja yang kau perbuat untuk saudaraku yang paling hina ini,
engkau perbuat untuk Aku (Matius 25:40 ). Hendaklah kamu bertolong-tolong untuk
berbuat baik dan tidak untuk berbuat jahat dan takutlah kepada Allah (Al Quran,
Surat Al Maidah ayat 3).
Menurut
Romanus, simpan teratur pinjam bijaksana sama dengan adil, pinjam
bijaksana angsur tepat waktu sama dengan
adil, angsur tepat waktu bayar bunga yang layak
sama dengan adil, bayar bunga dapat dividen jasa sama dengan adil. Dapat dividen jasa ikut
pendidikan sama dengan adil. Ikut
pendidikan simpan teratur sama dengan adil, dan seterusnya. Dengan
demikian Kopdit atau Puskopdit akan berumur panjang.
Dikatakan Romanus, untuk adil hanya butuh
kejujuran dan ketulusan, karena kejujuran dan ketulusan adalah satunya kata dan
perbuatan yang menjadi dasar dari kepercayaan.Kejujuran merupakan sebuah
keharusan bukan sebuah pilihan. Jujur menabung dan jujur mengangsur pinjaman
adalah keharusan bukan pilihan. Kalau tindakan tidak jujur dalam mengangsur
berakibat kelalaian pinjaman dan kalau kelalaian pinjaman sudah ada di kopdit
atau puskopdit maka kanker sudah ada di dalamnya, dan sulit untuk disembuhkan. “Perbuatan
yang mengakibatkan terjadinya kelalaian pinjaman adalah perbuatan ketidakadilan”,
tegas Woga.
Menurut
Woga, semua kopdit di Indonesia belum satupun masuk ACCESS Branding dari ACCU.
Salah satu penyebabnya adalah aspek kelalaian pinjaman.Ini terjadi karena
anggota peminjam tidak ada kejujuran dan ketulusan. “Ketulusan hati berarti
menanggalkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, semua dilakukan dengan
motivasi yang murni untuk mencapai keberhasilan bersama, sehingga adil”,
ujarnya.
Lebih
lanjut Romanus Woga katakana, secara umum
di Indonesia, kalau nonton TV, baca
koran dengar di radio, masih saja ada berita tentang korupsi. Inilah perbuatan yang tidak jujur dan
tidak adil. Boleh dikatakan korupsi
masih menggurita, kriminalitas masih merajarela dan moral porak poranda. Korupsi
dianggab sebagai Sumbangan Sukarela (SuSu). Secara berseloroh Romanus katakana
ada Susu Gadis, Susu Tante dan Susu Nenek dan orang kopdit seharusnya tidak
boleh minum ketiga jenis susu itu. Orang
Kopdit harus minum JAMU, Jujur
Adalah Modal Utama.”Selagi masih
diberikan kesempatan untuk hidup, marilah berbuat baik sebanyak-banyaknya bagi sesama
baik sebagai anggota kopdit maupun non anggota”, tegas Woga.
Romanus
meminta agar anggota koperasi
meninggalkan sifat egois dan menjadi pemurah dan ringan tangan. Dengan cara
ini anggota Kopdit meninggalkan jejak-jejak kehidupan yang kaya
makna dan tidak akan pernah dilupakan. Dan anggota Kopdit pun memenuhi prinsip ketujuh
dari jatidiri koperasi, yakni kepedulian terhadap lingkungan.*agus g thuru
Komentar
Posting Komentar