KOPDIT SINAR HARAPAN MALAPEDHO TERUS 'BERSINAR'



 KOPDIT SINAR HARAPAN MALAPEDHO TERUS 'BERSINAR'

Desa Inerie, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada adalah sebuah desa di tepi pantai Laut Sawu, terletak persis di kaki gunung Inerie. Jarak dari Labuan Bajo sekitar 240 km dan dari kota Kecamatan Aimere 12 km. Jalan menuju desa ini dibangun sejak tahun 1985 dan aspal yang membalut badan jalan sudah terkelupas. Tak ada kendaraan umum roda empat ke desa ini kecuali puluhan ojek dengan tarif antara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu. Selama berada di desa ini telepon genggam dipastikan tak berfungsi karena memang tak ada jaringan. Untuk menelpon orang harus mencari-cari tempat yang ada sinyal, namun bukan hal mudah untuk mendapatkannya.Tapi justru dari desa yang ‘terpencil’ dari teknologi informasi ponsel ini tumbuh dan berkembang sebuah koperasi simpan pinjam dengan usia yang cukup tua. Nama KSP/Kopdit tersebut adalah Sinar Harapan. Kopdit Sinar Harapan berdiri pada 1 Januari 1982 yang diprakarsai oleh seorang guru almarhum Klemens Kolo dengan modal awal Rp 234.000.- Menurut Manajer Kopdit Sinar Harapan, Yohanes Soba, Kopdit Sinar Harapan cukup unik karena tumbuh dan berkembang di desa, dan anggotanya 90 persen adalah masyarakat miskin dengan pendapatan perkapita yang tidak menentu.”Sebuah koperasi dengan anggota mayoritas penduduk miskin, logikanya adalah sulit berkembang. Yang terjadi, koperasi ini berkembang dalam situasi orang-orang miskin. Roh yang menumbuhkan koperasi ini adalah pendidikan terus menerus” Ujar Yohanes Soba kepada penulis, Sabtu (18/9/2010) lalu.
Pendidikan koperasi, kata Soba, menjadi sangat penting karena koperasi tumbuh dan berkembang oleh pendidikan. Dalam pendidikan koperasi para pengurus dan manajemen terus menerus memberikan motivasi kepada para anggota untuk memahami koperasi secara benar.”Kami tekankan kepada anggota, jangan hanya mengharapkan pemberian dari atas (pemerintah,red) tetapi harus mulai memberi, lalu mengambil haknya. Memberi dalam hal ini menyimpan di koperasi, lalu haknya untuk meminjam. Itu yang kami sampaikan kepada anggota” Ujar Soba lagi.
Dampak dari pendidikan memang sangat menyata. Kesadaran anggota untuk menyimpan dan meminjam serta mengangsur sangat positif. Sampai keadaan Agustus 2010, jumlah anggota telah mencapai 3.762 orang yang tersebar di Kecamatan Aimere, Kecamatan Jerebuu, Kecamatan Golewa, Kecamatan Bajawa, Kota Bajawa dan beberapa kecamatan di kabupaten tetangga Manggarai Timur. Menurut Soba, pada Agustus 2010, jumlah asset atau kekayaan Kopdit Sinar Harapan tercatat sebesar Rp 20.654.817.161. Bagi koperasi yang berkedudukan di kota jumlah asset ini mungkin jauh dari harapan, tetapi untuk koperasi di desa yang merupakan salah satu desa miskin di Kabupaten Ngada, jumlah asset yang mencapai Rp 20 miliar lebih adalah sebuah kejutan.
Ada berbagai produk simpanan di Kopdit Sinar Harapan yakni produk simpanan saham dan non saham. Simpanan saham wajib (simpanan wajib) Rp 25 ribu perbulan atau Rp 300 ribu pertahun sedangkan simpanan sukarela disetor sesuai kemampuan. Simpanan non saham terdiri dari Sisuka, Sibuhar A, Sibuhar B, Sipelma, Sibudi dan Simapan.”Untuk masyarakat desa, hanya orang-orang tertentu yang memiliki simpanan non saham. Masyarakat lainnya dengan pendapatan tak menentu kebanyakan hanya mampu dengan simpanan saham saja” Ujar Soba. Tak heran, jika jumlah asset Kopdit yang sudah berusia 28 tahun ini baru mencapai Rp 20 miliar lebih.
Animo masyarakat untuk berkoperasi cukup tinggi. Kesadaran untuk memenuhi kewajiban, terutama mengangsur pinjaman cukup tinggi, meskipun ada juga yang tidak disiplin. Bagi yang melalaikan kewajiban, biasanya mereka akan selesaikan setelah ada pendekatan. Apa lagi berlaku aturan, anggota yang keluar atau dikeluarkan tak bisa diterima lagi sebagai anggota.” Masyarakat di sini telah merasakan manfaat berkoperasi. Mereka tidak mau keluar atau dikeluarkan. Jadi selalu ada solusi untuk penyelesaian masalah terkait dengan kelalaian angsuran pinjaman mereka” Ujar Soba lagi.

TP Bali, Mungkinkah?
Masyarakat Ngada di perantauan jumlahnya cukup besar. Di Jakarta, Makasar, Kupang, Denpasar, jumlah perantau asal Ngada ratusan jumlahnya. Menurut Soba, ada upaya untuk membuka Tempat pelayanan (TP) di beberapa kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Makasar, Denpasar dan Kupang.”Masyarakat Ngada yang menyimpan uangnya di Kopdit Sinar Harapan atau kopdit lainnya di Ngada merupakan salah satu bentuk turut serta membangun Ngada. Atas pemikiran ini, kami berencana untuk membuka TP di kota-kota besar, termasuk di Bali” Ujr Soba.
Kata dia, untuk Bali, ia sangat mengharapkan saudara-saudara dari Ngada dapat berkumpul pada bulan Mei 2011 saat RATNAS Inkopdit yang telah diagendakan akan berlangsung di Denpasar.”Kami dengan senang hati bila bisa bertemu dengan saudara-saudara dari Ngada, khususnya dari kecamatan Aimere dan ada kesepakatan bersama untuk membuka TP di Bali” Ujar Soba. Ia member contoh, ada masyarakat Desa Inerie yang merantau di Kalimantan, menyimpan uang di Kopdit Sinar Harapan. Ketika orangtuanya meninggal, ia langsung terbang dari Kalimantan ke Flores tanpa membawa uang cash. Saat pulang ke Kalimantan, ia mengambil uangnya di Kopdit.”Kalau teman-teman di Bali mau lakukan hal yang sama, saya kira sangat positif. Uang yang disimpan di Kopdit Sinar Harapan dipinjam oleh masyarakat di sini dan itu sudah satu bentuk gerakan cinta desa asal” Ujar Soba penuh harap.***agust g thuru

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH KOPDIT SINAR HARAPAN

KSP MULIA SEJAHTERA TABANAN