Lodovikus Lenga: Pendekatan Capacity Building Hasilkan Kemandirian Sejati
Pemerintah telah menunjukkan keseriusannya dalam membangun koperasi-koperasi agar mampu menjadi soko guru ekonomi kerakyatan. Salah satunya dengan program bantuan dana bergulir. Sayangnya, seringkali pendekatan yang diterapkan pemerintah masih pendekatan modal, bukan pendekatan capacity building.
Demikian dikatakan Manajer Kopdit Sangosay Bajawa Ngada Lodovikus Lenga saat bincang-bincang dengan Picu belum lama ini di Denpasar Bali. Menurutnya, saat ini pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan pemerintah kabupaten/kota di seluruh NTT sangat antusias dan berkomitmen untuk mengembangkan koperasi dengan mempertahankan predikat NTT provinsi koperasi. Demikian juga pemerintah Kabupaten Ngada yang kini dipimpin duet Bupati Marianus Sae dan Wakil Bupati Paulus Soliwoa terus berkomitmen untuk mempertahankan predikat Ngada Kabupaten Koperasi. ”Komitmen pemerintah NTT dan Kabupaten Ngada sudah jelas yakni membangun koperasi sebagai soko guru ekonomi kerakyatan. Di Kabupaten Ngada, Bupati Marianus Sae menggulirkan program ’Perak’, pengembangan ekonomi rakyat, salah satunya melalui pemberdayaan koperasi pedesaan” ujar Lodo.
Meski demikian, kata Lodo, pemerintah harus merubah strategi pemberdayaan koperasi yang selama ini dilakukan dan ternyata tidak memberi hasil yang memuaskan. Kata dia, selama ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan modal. Artinya pemerintah menggulirkan modal bergulir untuk dipinjam oleh anggota koperasi. Aspek negatifnya, banyak yang meminjam lalu tak mengembalikan karena tahu dana itu bantuan pemerintah. Maka tak heran jika terjadi kredit macet atau modal bergulir itu justru tak bergulir karena tak ada yang digulirkan.
Yang lebih efektif, menurut Lodo, pemerintah harus menerapkan strategi Capacity Building, membangun kemandirian masyarakat untuk bisa mengelola dengan baik bantuan modal dan agar modal yang ada tidak mubasir. Menurutnya program dana bergulir tidak akan memberikan dampak apapun pada masyarakat kalau mereka tidak disiapkan untuk menjadi pelaku ekonomi kerakyatan yang mandiri. ”Saya yakin melalui pendekatan capacity building maka akan lahir pelaku ekonomi yang memiliki kemandirian sejati” ujarnya.
Lebih lanjut Lodo mengatakan, koperasi adalah salah satu wadah dimana berkumpul banyak orang untuk bersama-sama membangun solidaritas dan kesetiakawanan sosial. Dengan kesetiakawanan sosial itu koperasi ikut serta mengentaskan kemiskinan dengan membentuk aset anggota melalui program sadar tabung dan memberikan bantuan dana untuk usaha anggota serta bentuk lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi anggota. Karena itu upaya terus menerus dilakukan untuk semakin membuat masyarakat mengenal koperasi. Promosi selain melalui pendekatan personal juga melalui sarana yang tersedia antara lain media cetak.
Tentang pengalamannya selama berkiprah di Gerakan Koperasi Kredit Indonesia, Lodo mengatakan, ada banyak suka dan ada pula dukanya. Tetapi ketika seseorang memutuskan untuk tekun dalam gerakan koperasi maka m konsekwensinya adalah bertanggung jawab atas upaya pemberdayaan masyarakat miskin dan bertanggung jawab untuk mewujudkan visi kopdit (Sangosay) yakni menjadi lembaga keuangan yang aman, terpercaya dan berkelanjutan.
Berkarya dalam gerakan koperasi di tengah masyarakat yang masih terikat dengan pola hidup komsuptif memang bukan pekerjaan mudah. Lodo mengakui, betapa berat mengubah pandangan atau image masyarakat yang negatif terhadap koperasi. Ia juga mengatakan tidak mudah mengubah perilaku masyarakat yang cenderung konsumptif menjadi produktif dan bagaimana membentuk kebiasaan menabung di tengah gaya hidup masyarakat yang boros dan tak terarah.
Bagaimana sekarang? Lodo mengatakan masyarakat sudah mulai ’melek koperasi’. Buktinya, Kopdit Sangosay yang pada masa awal hanya beranggotakan beberapa puluh guru sekolah dasar, kini telah berkembang menjadi koperasi besar dengan anggota mencapai 12 ribu orang dengan kekayaan sudah lebih dari 100 miliar. Ternyata, untuk bisa berkembang, jangan berhenti belajar dari koperasi lainnya baik di dalam maupun di luar negeri. Maka tak heran jika Lodo senantiasa hadir dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan koperasi baik yang dilaksanakan di dalam negeri maupun di luar negeri antara lain ke Thailand dan bangladesh.
Dengan jumlah anggota yang hampir 12 ribu orang dan kekayaan di atas 100 miliar, apakah sudah puas? Lodo mengatakan masyarakat masih perlu diberikan pemahaman dan motivasi tentang bagaimana menjadi anggota koperasi yang baik. Masyarakat perlu disadarkan bahwa miskin bukan kodrat dan bahwa kopdit bisa memfasilitasi mereka yang miskin untuk kaya rahmat dan hidup jauh lebih baik dan lebih sempurna. Untuk itu gerakan dari koperasi adalah tiada henti meningkatkan kesadaran dan semangat masyarakat untuk menabung khususnya di koperasi.
Kopdit Sangosay sendiri berdiri pada 28 Mei 1983 dan saat ini dikelola oleh pengurus yang diketuai Yoseph Dopo, wakil ketua R. Rinu dan M. Mara Owa, sekretaris Lipus Lusi, wakil sekretaris Anton Repu, bendahara Sius Angi, wakil bendahara drg Marta Lamanepa dan anggota Y.Ceme, P.Lobo, M.Meo dan N.Neka. Sedangkan pengawas diketuai Suitbertus Adja, sekretaris Wenseslaus Naru, anggota Erna Mole, Sius Toda dan Herdin Ndiwa. Kopdit Sangosay mempekerjakan 40 karyawan. Agust GT
Kami dari IT Techno Solutindo, saat ini memiliki produk untuk sistem informasi koperasi (Siskop),jika berkenan hubungi kami di 0411-3440616 atau 081354979868, atau email di info@ittechnosolutindo.com
BalasHapusHormat Saya
Mustaqim Zulkifli