Kopdit Sinar Harapan Malapedho Bersinar Setelah Redup
“Sinar Harapan” Sinar dari Malapedho, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada itu, kini terus bersinar meski sebelumnya sempat redup. Saat ini, Sinar Harapan memiliki modal sekitar Rp 25 miliar.
Sulit dipercaya modal sebesar itu justru berasal dari masyarakat kecil yang berada di pedesaan. Tetapi memang dari sanalah uang itu berasal. Dari orang-orang yang kesulitan bahkan tidak punya uang, kini mereka mengumpulkan cukup besar modal. Kesulitan kuangan menjadi kata kunci bagi para pendahulu membidani kelahiran koperasi yang kini beranggotakan sekitar empat ribuan orang itu. Dua puluh Sembilan tahun sudah berlalu sejak KSP Kopdit Sinar Harapan didirikan pada tanggal 1 Januari 1982. Tetapi 29 tahun yang lalu menjadi momentum mengantarkan koperasi ini besar bagi kesejahteraan para anggotanya kini.
Manajer KSP Kopdit Sinar Harapan, Yohanes Soba memang generasi baru di koperasi ini, tetapi ketika bincang-bincang dengan Fokus beberapa waktu lalu dirinya seperti sudah sangat menyatu dengan perjalanan panjang koperasi yang tanggal 1 Januari 2012 berulang tahun ke-30. Yohanes seperti sedang meniti setiap lika liku perjalanan panjang koperasi ini. Dikatakan, kesulitan uang waktu itu mendorong para perintis mendirikan lembaga keuangan non bank ini.
Misalnya kesulitan membiayai pendidikan anak-anak maupun dalam menjalankan usaha produktif. Ketika itu masyarakat di desa biasanya menjadikan guru-guru sebagai tempat untuk mendapatkan solusi dengan mendapat pinjaman uang, ada juga yang meminjam pada orang yang bukan guru tetapi memiliki uang karena kehidupan mereka sudah mapan. Solusi lain melalui kelompok arisan. Sehingga dengan adanya koperasi bisa membantu masyarakat mengatasi masalah keuangan untuk kebutuhan mereka itu.
Berdirinya KSP Kopdit Sinar Harapan dimotori Clemesn Kolo (Alm), salah seorang guru honor pada SMP Pancakarsa, Malapedho, sekarang SMPN 2 Aimere. Pada awalnya berhimpun 25 orang sebagai anggota koperasi pertama, dengan uang pangkal yang disetor sebesar Rp 500 dan iuran wajib Rp 100. Modal awal yang terkumpul sebesar Rp 234.000.Setelah dua tahun berjalan, tahun 1984 – 1986 koperasi ini malah redup, tidak bersinar lagi, atau bagi para anggotanya kini, dianggap mati suri. Selama dua tahun ini boleh dikatakan masa-masa krisis bagi koperasi yang berkantor pusat di balik gunung Inerie atau di pesisir pantai selatan itu.
Namun, sinar itu tidak boleh redup supaya selalu memberi terang dan harapan bagi para anggotanya. Spirit itu yang menyulut semangat Rofinus Raga (Almr) menggalang kembali semangat untuk bangkit dari mati suri pada tahun 1987. Untuk mengumpulkan kembali anggota yang sudah tercerai-berai memang bukan pekerjaan mudah. Anggota sudah terlanjur tak percaya pada pengurus sebelumnya yang membiarkan koperasi ini nyaris padam nyalanya. Figur Rofinus Raga yang kala itu juga Kepala Desa Inerie rupanya mampu menopang kepercayaan para anggota yang sudah terkulai lemas.
Dengan kepercayaan itu anggota berkumpul kembali dan mulai melakukan rapat-rapat yang digelar dari rumah anggota yang satu ke rumah anggota yang lainnya. Sesuatu yang terlanjur ambruk awalnya sulit memang untuk merakit kembali, tetapi karena semua memiliki semangat yang sama maka, kesatuan dan kepercayaan yang nyaris hancur perlahan dapat direkatkan kembali. Apalagi waktu itu untuk mengumpulkan anggota lebih mudah karena semua dari satu desa.
Melalui rapat, semua sepakat mengedepankan nilai kejujuran. Dari sini kepercayaan orang terhadap koperasi ini mulai pulih. Meski ketika mulai kembali koperasi ini tidak punya uang lagi karena pertanggung jawaban pengurus yang tidak jelas. Yang mana waktu itu pengurusnya banyak yang guru, sehingga ketika mereka pindah maka nasib koperasi pun tidak jelas. Dengan semangat baru ini, Sinar Harapan mamasuki babak baru, bangkit dari mati suri. Dalam rapat para anggota menetapkan uang pangkal Rp 1.000 dan wajib Rp 500,- Karena keuangan sebelumnya kosong dan tinggal administrasi saja, praktis awal-awal hanya untuk menyelesaikan hutang sekitar Rp 6 juta, sehingga SHU tidak dibayar.
Ketika mulai berjalan lagi, Rofinus Raga kemudian mengutus beberapa orang anggota yang dianggap mampu untuk mengikuti pendampingan yang diberikan Perwakilan BK3D NTT bagian barat (Sekarang Puskopdit BK3D Ende-Ngada). Dengan pengetahuan yang dimiliki dari pendidikan ini pengurus mulai menata kembali Kopdit Sinar Harapan. Pendidikan dan pendidikan semacam ini mudlak diperlukan, karena pengetahuan dan pemahaman para anggota tentang koperasi masih sangat minim.
Awal tahun 1988 Kopdit Sinar Harapan mengadakan RAT pertama dari kebangkitannya yang kedua. Dalam forum ini, Rofinus Raga (almr) terpilih sebagai ketua dan dan Yoseph Madha menjadi wakil ketua. Menurut Yoseph yang masih menjadi ketua hingga sekarang, waktu itu dirinya menerima dengan berat hati, karena dia beranggapan pengurus mestinya orang yang memiliki pengetahuan perkoperasian cukup sehingga mampu membangun koperasi dengan baik. “Waktu itu pengetahuan dan pemahaman tentang perkoperasian sangat minim, itu yang membuat saya merasa berat menerima tugas sebagai pengurus,” katanya kepada Fokus belum lama ini di Malapedho.
Sejak saat itu Kopdit “Sinar Harapan” terus bersinar. Jumlah anggota terus bertambah dan tidak hanya dalam wilayah Desa Inerie, tetapi mulai menyebar hingga ke desa-desa tetangga. Malah perkembangan kopdit ini meluas hingga ke Borong, Manggarai Timur. Selama empat tahun jumlah anggota di Borong terus bertambah sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya koperasi baru yang kemudian atas persetujuan pengurus berdirilah koperasi Hanura. Kemudian Kopdit Hanura mendapat badan hokum dan menjadi embrio terbentuknya Puskopdit di Manggarai.Tahun 1988, Pemda Ngada memberikan dana bergilir P2LDT sebesar Rp 1.500.000 yang difokuskan untuk perbaikan rumah rakyat. Dana ini dikelola dengan baik sehingga menjadi dana abadi lembaga.
Pada tahun 1999 Yoseph Madha terpilih menjadi Ketua menggantikan Rofinus Raga yang meninggal setahun sebelumnya. Kemudian dengan pola manajemen, maka kepengurusan dirampingkan sehingga hanya unsur penasihat tiga orang, pengurus lima orang, pengawas tiga orang dnb staf manajemen lima orang.Waktu itu sudah sekitar 845 anggota yang tersebar pada sembilan desa di Kecamatan Aimere. Kemudian dibentuklah kelompok-kelompok yang berjumlah 21 kelompok. Kelompok menjadi tempat untuk mengadakan rapat bulanan dan pendidikan secara rutin yang dipimpin oleh ketua kelompok masing-masing. *Eman Jomba
Komentar
Posting Komentar